Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Schroders Indonesia: Semester II/2019, Prospek Pasar Obligasi Lebih Cerah

Data-data ekonomi yang positif dan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga dari Bank Sentral AS, pasar obligasi dinilai lebih banyak mendapat kejelasan pada semester II/2019.
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Head of Wealth Management & Client Growth Bank Commonwealth Ivan Jaya (kanan) berbincang dengan Executive Director Charta Politika Yunarto Wijaya (kiri), dan CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi saat peluncuran aplikasi CommBank SmartWealth, di Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Schroders Indonesia melihat prospek pasar obligasi lebih jelas ketimbang pasar saham pada paruh kedua tahun ini.

Bonny Iriawan, Executive Vice President Intermediary Business Schroders Indonesia, menyampaikan, pilihan investasi dalam reksa dana memang tergantung dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing.

Namun, melihat data-data ekonomi yang positif dan adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga dari Bank Sentral AS, pasar obligasi dinilai lebih banyak mendapat kejelasan.

“Semester kedua, kalau melihat data-data ekonomi yang positif, nantinya semua aset cenderung akan naik baik saham maupun obligasi. Tapi, kalau untuk melihat view, yang lebih jelas view-nya ada di obligasi,” kata Bonny di Jakarta, Senin (8/7/2019).

Bonny menjelaskan, kendati reksa dana pendapatan tetap memiliki kesempatan besar untuk menguat, investor diimbau agar tidak terlambat untuk memulai akumulasi reksa dana saham.

Pasalnya, jikalau nantinya kesepakatan dagang antara AS—China tercapai sebelum akhir tahun dan Federal Reserve semakin percaya diri untuk memangkas suku bunga, diperkirakan indeks saham pun akan melaju kencang.

Schroders Indonesia pun memperkirakan The Fed berpeluang memangkas suku bunga sebanyak 1 kali hingga akhir tahun ini sebesar 25 bps. Menurut Bonny, pemangkasan suku bunga AS baru akan terjadi pada kuartal IV/2019.

Adapun berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi masing-masin investor, Bonny tetap menyarankan investor yang konservatif dan ingin berinvestasi jangka panjang untuk masuk ke reksa dana saham. Sementara itu, bagi investor agresif yang ingin berinvetasi secara jangka pendek dapat mencermati produk reksa dana pasar uang.

“Yang paling penting adalah membuat portofolio yang kuat. Portofolio itu yang menyelamatkan investor dari kondisi market karena bisa di-rebalancing,” tutur Bonny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper