Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Proyeksi Indeks Jakmine Semester II/2019

Performa Indeks Pertambangan atau Jakmine tertekan pada semester I/2019 atau berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu.
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./JIBI-Rachmad Subiyanto
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./JIBI-Rachmad Subiyanto

Bisnis.com, JAKARTA-- Performa Indeks Pertambangan atau Jakmine tertekan pada semester I/2019 atau berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Jakmine terkoreksi 1,91% ke level 1.715,47 pada periode berjalan semester I/2019 yang berakhir, Jumat (28/7). Emiten batu bara yang masih menjadi penopang laju indeks dengan memimpin penguatan yakni ADRO 17,99% dan BYAN 9,80%.

Pada periode berjalan semester I/2018, laju Indeks Jakmine justru menguat 20,13%. Kondisi yang sama terjadi pada periode berjalan semester I/2017 dengan penguatan tipis 1,45%.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai kinerja Indeks Jakmine semester I/2019 disebabkan oleh pergerakan harga komoditas. Kondisi tersebut ditambah dengan outlook penurunan pertumbuhan ekonomi global yang mempengaruhi konsumsi energi minyak dan batu bara ke depan.

Alfred menyebut kondisi itu berbanding terbalik dengan semester I/2018. Saat itu, harga komoditas minyak dan batu bara tengah berada dalam tren kenaikan signifikan.

Kendati demikian, dia memproyeksikan Indeks Jakmine akan mengalami pemulihan pada semester II/2019. Menurutnya, indeks akan bergerak menuju posisi awal tahun ini.

“Selain harga komoditas , permasalahan perpanjangan [dan peralihan] izin tambang generasi I PKP2B ke IUPK memberikan faktor uncertainty di sektor tambang batu bara, dan emiten batu bara menjadi porsi terbesar  dalam Indeks Jakmine,” paparnya.

Dia merekomendasikan saham PTBA di sektor pertambangan. Target harga saham perseroan berada di level Rp3.660.

Secara terpisah, Frankie Wijoyo Prasetio, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan menjelaskan bahwa Indeks Jakmine underperform pada semester I/2019 dengan turun 1,91%. Sementara itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 2,65% pada periode yang sama.

Frankie menilai penurunan Indeks Jakmine tidak lepas dari tergerusnya harga batu bara sejak awal tahun ini. Kondisi itu sejalan dengan memanasnya perang dagang dan ekonomi China yang relatif stagnan.

Di tengah kondisi itu, dia masih menyukai saham ADRO untuk sektor batu bara. Pasalnya, perseroan disebut proaktif untuk melakukan self-disruption dan sudah melakukan diversifikasi yang luas sehingga mampu menguasai dari hulu hingga hilir.

“ADRO adalah perusahaan dengan margin laba yang paling baik dengan utang yang terkontrol paparnya. Target harga ada di level Rp1.800 per saham,” jelasnya.

Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial mengatakan faktor utama penekan laju Indeks Jakmine pada semester I/2019 yakni perang dagang China dan Amerika Serikat. Selain itu, perlambatan ekonomi China yang menjadi sentimen negatif harga komoditas.

Namun, pada semester II/2019, faktor eksternal kembali lagi menjadi sentimen.

“Pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat bahwa 90% negosiasi damai perang dagang antara China dan Amerika Serikat sudah mulai terlihat positif dan ini membuat harga komoditas juga mulai naik," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper