Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Data NFP AS, Emas Cetak Reli Mingguan Terpanjang Sejak 2011

Kilau emas semakin terang seiring dengan logam kuning tersebut menuju reli penguatan mingguan terpanjang sejak 2011 bersamaan dengan sikap wait and see investor menanti data ketenagakerjaan AS yang dapat memberikan petunjuk tentang jalur suku bunga Federal Reserve.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kilau emas semakin terang seiring dengan logam kuning tersebut menuju reli penguatan mingguan terpanjang sejak 2011 bersamaan dengan sikap wait and see investor menanti data ketenagakerjaan AS yang dapat memberikan petunjuk tentang jalur suku bunga Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, emas berhasil memasuki kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut seiring dengan investor yang berharap adanya kebijakan moneter yang lebih longgar oleh mayoritas bank sentral akibat sinyal perlambatan ekonomi global. Adapun, sepanjang pekan ini, emas telah bergerak menguat 1,67% terhadap dolar AS.

Kepala Penelitian Pepperstone Group Melbourne Chris Weston mengatakan bahwa data ketenagakerjaan AS yang akan dirilis akhir pekan waktu Washington tersebut akan menjadi sinyal terkuat untuk membaca arah kebijakan The Fed yang diprediksi memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Data NFP AS periode Juni diproyeksi meningkat menjadi 162.000 dibandingkan dengan capaian sebelumnya sebesar 75.000. Jika hasil yang dirilis di bawah level estimasi pasar, maka akan menjadi tanda bahwa ekonomi AS telah melambat sehingga mendorong adanya kebijakan moneter yang lebih longgar.

"Suku bunga yang lebih rendah cenderung akan menguntungkan emas," papar Chris seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (5/7/2019).

Bahkan, Mark Mobius, founder Mobius Capital Partners, memprediksi jika penuruna suku bunga terjadi emas memiliki potensi untuk menyentuh level US$1.500 per troy ounce.

Di sisi lain, mengutip Reuters, The Fed, Bank Sentral AS, tidak sendirian dalam memulai kebijakan moneter yang lebih longgar. Bank Sentral Australia telah memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin sejak Juni dan membuka pintu untuk pemangkasan lainnya dalam waktu dekat.

The Fed akan mengadakan pertemuan kebijakan untuk periode Juli pada akhir bulan mendatang. Pasar mengestimasi adanya pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.

"Emas seharusnya akan bergerak tetap menguat setelah data NFP rilis, karena meski data ini berakhir posisit tetap tidak mengurangi urgensi bank sentral seluruh dunia untuk melonggarkan kebijakan moneternya," ujar Stephen Innes, Managing Partner di Vanguard Markets, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (5/7/2019).

Sementara itu, mengutip riset PT Pruton Berjangka, jika mengacu pada grafik mingguan, terpantau harga emas tertahan di level resisten Agustus 2013. Dari sisi teknikal, situasi ini memungkinkan harga emas terkoreksi.

Pada perdagangan Jumat (5/7/2019) pukul 12.43 WIB, harga emas di bursa Comex bergerak terbatas, melemah 0,06% menjadi US$1.420 per troy ounce, sedangkan harga emas di pasar spot menguat tipis 0,02% di level US$1.416 per troy ounce.

"Sepertinya pelaku pasar belum mendorong harga emas menguat dari level Agustus di US$1.433,45 per troy ounce. Ini sebenarnya dapat menjadi peluang bagi pelaku pasar di pasar mata uang," tulis PT Pruton Berjangka dalam risetnya, Jumat (5/7/2019).

Namun demikian, fundamental pasar tetap harus terus dipantau mengingat statement Presiden AS Donald Trump dan komentar pejabat Bank Sentral AS bisa merubah situasi pasar secara tiba-tiba.

Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa level resisten terdekat emas saat ini terlihat di US$1.426 per troy ounce dan menembus ke atas dari level tersebut berpotensi memicu kenaikan lanjutan menuju ke US$1.431 per troy ounce sebelum menargetkan ke area US$1.437 per troy ounce.

"Sementara itu, jika bergerak turun, level support terdekat terlihat di US$1.418 per troy ounce, menembus ke bawah dari level tersebut berpeluang mendorong penurunan lanjutan menuju ke US$1.413 per troy ounce, sebelum membidik ke support kunci di US$1.407 per troy ounce," ujar Faisyal seperti dikutip dari publikasi risetnya, Jumat (5/7/2019).

Di antara logam mulia lainnya, perak turun 0,27%  menjadi US$15,24 per troy ounce, sedangkan platinum naik 0,26% menjadi US$837 per troy ounce dan palladium stabil di US$1,564,89 per troy ounce, menuju kenaikan mingguan kelima beruntun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper