Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dibayangi Risiko Pelemahan Pertumbuhan Global, Mata Uang Asia Bergerak Campuran

Mata uang Asia bergerak campuran seiring dengan pasar obligasi naik dan imbal hasil Treasury AS untuk tenor 10 tahun telah turun ke level terendah lebih dari 2 tahun di tengah risiko pelemahan pertumbuhan global.
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Nasabah menghitung uang di sebuah Money Changer, di Jakarta, Rabu (12/6/2019)./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Asia bergerak campuran seiring dengan pasar obligasi naik dan imbal hasil Treasury AS untuk tenor 10 tahun telah turun ke level terendah lebih dari 2 tahun di tengah risiko pelemahan pertumbuhan global.

Kepala Strategi Makro Asia Westpac Banking Corp Frances Cheung mengatakan bahwa kekhawatiran pasar terhadap tekanan prospek pertumbuhan ekonomi global telah meluas hingga ke sebagian besar mata uang Asia.

"Tetapi, baht Thailand merupakan pengecualian yang bergerak cukup stabil. Kemungkinan hal tersebut karena adanya aliran dana masuk dan prospek untuk relokasi jalur produksi di Thailand," ujar Frances seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (3/7/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (3/7/2019) hingga pukul 13.40 WIB, baht bergerak cenderung stabil terhadap dolar AS di level 30,5 baht per dolar AS.

Selain itu, yen  berhasil memimpin penguatan mata uang Asia dengan bergerak naik 0,25% menjadi 107,61 yen per dolar AS.

Yen menguat setelah Bank of Japan melakukan sedikit penyesuaian terhadap program pembelian obligasi. Akibatnya, pasar obligasi di seluruh dunia menguat yang juga didukung oleh Bank of England yang memperingatkan adanya kerusakan pada ekonomi global dari meningkatnya proteksionisme.

Posisi kedua diduduki oleh rupee India yang bergerak menguat 0,06% menjadi 68,89 rupee per dolar AS, kemudian disusul oleh dolar Hong Kong yang naik tipis 0,03% menjadi 7,79 dolar Hong Kong per dolar AS.

Sementara itu, mata uang Garuda terkoreksi terhadap greenback dengan bergerak menurun 0,035% menjadi Rp14.144 per dolar AS.

Kendati demikian, kinerja rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan yuan offshore dan peso yang masing-masing melemah 0,064% dan 0,14%.

Di sisi lain, mata uang Asia dengan kinerja terburuk adalah won yang telah bergerak melemah 0,43% menjadi 1.171,25 won per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper