Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memasuki Paruh Kedua 2019, Nikel Kehilangan Proyeksi Bullish

Di tengah maraknya produksi mobil listrik, harga nikel, sebagai bahan baku baterai mobil listrik, melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (2/7/2019), mengindikasikan adanya kontraksi baik dari sisi pasokan maupun permintaan.
Nikel/Istimewa
Nikel/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah maraknya produksi mobil listrik, harga nikel, sebagai bahan baku baterai mobil listrik, melanjutkan pelemahan pada perdagangan Selasa (2/7/2019), mengindikasikan adanya kontraksi baik dari sisi pasokan maupun permintaan.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (2/7/2019), harga nikel di bursa Shanghai telah merosot hingga 2,82% di level 98.180 yuan per ton, menjadi pelemahan terbesar dalam 5 bulan terakhir. Sepanjang tahun berjalan, harga telah bergerak menguat 11,68%.

Adapun, penurunan nikel di bursa Shanghai mengikuti penurunan tajam di bursa London pada perdagangan Senin (1/7/2019), yang ditutup melemah 2,68% menjadi US$12.350 per ton.

Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa jika hanya melihat dari sisi pasokan, harga nikel global berpotensi untuk bergerak menguat tajam. Pasalnya, dalam beberapa tahun ke depan nikel masih dibayangi oleh proyeksi adanya defisit pasokan.

Adapun, para produsen mobil listrik telah diperingatkan bahwa pasokan bahan baku baterai listrik tersebut dalam jangka panjang mungkin tidak akan memadai permintaan produksi, yang secara signifikan akan menaikkan harga bahan-bahan ini.

Akibatnya, tingkat permintaan diprediksi dapat melebihi jumlah pasokan secara signifikan sehingga menghasilkan skenario penetapan harga krisis pasokan, atau mahal dan tidak terjangkau. "Akan tetapi, saat ini kekhawatiran kami berasal dari sisi permintaan nikel," ujar Andy seperti dikutip dari publikasi risetnya, Selasa (2/7/2019).

China sebagai negara konsumen logam terbesar di dunia semakin menunjukkan lebih banyak tanda-tanda adanya perlambatan ekonominya akibat panasnya perang dagang AS dan China yang berlangsung sejak awal tahun lalu.

Hal tersebut memperkuat kekhawatiran pasar adanya perlambatan ekonomi China sehingga akan mempengaruhi tingkat permintaan logam. Selain itu, sinyal pelemahan ekonomi Negeri Panda tersebut juga menggarisbawahi diperlukannya lebih banyak stimulus bagi pasar oleh pemerintah China untuk membantu meningkatkan permintaan.

Kendati demikian, kesepakatan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk melanjutkan negosiasi perdagangan membawa harapan ekonomi China akan berangsur pulih.

LEBIH BEARISH
Di sisi lain, terkontraksinya harga nikel juga dinilai akibat aksi ambil untung investor setelah nikel berhasil bullish dan mencapai level tertingginya di US$13.650 per ton.

Analis Guangzhou Futures Song Minjia mengatakan bahwa berbeda dengan prospek nikel pada awal tahun yang memprediksi logam tersebut berada pada jalur bullish, untuk paruh kedua tahun ini nikel akan bergerak cenderung bearish.

"Laju bullish nikel telah usai karena aksi ambil untung investor," papar Song Minjia seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (2/7/2019).

Sebelumnya, nikel adalah pemain yang menonjol untuk komoditas logam dasar dengan membukukan kenaikan 13,56% di bursa London pada paruh pertama 2019. Penguatan tersebut merupakan yang tertinggi daripada seluruh kinerja logam dasar lainnya.

Bahkan, akibat proyeksi bullish-nya, Bank of Amerila Meryll Lynch memperkiraan nikel akan menyentuh level US$15.695 per ton pada tahun depan.

Mengutip riset Citigroup, pihaknya mengatakan bahwa dengan melihat faktor fundamental nikel saat ini sulit untuk memproyeksikan nikel akan kembali mengalami reli penguatan pada paruh kedua tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper