Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas : Penguatan Rupiah Berpotensi Menguatkan Harga SUN

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi dengan peluang mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu (27/3/2019).
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com
Ilustrasi Surat Utang Negara./Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) masih akan bergerak bervariasi dengan peluang mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu (27/3/2019).

Hal ini didorong oleh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akibat optimistisnya para pelaku pasar terhadap beberapa sentimen global. Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan bahwa suksesnya lelang penjualan SUN pada perdagangan Selasa (26/3) juga menjadi indikasi bahwa pelaku pasar masih merespons positif kondisi pasar saat ini.

Pemerintah meraup dana senilai Rp24,95 triliun dari lelang kemarin, dengan total penawaran investor mencapai Rp59,5 triliun. Dengan kondisi tersebut, dia menyarankan investor untuk tetap mencermati arah pergerakan harga SUN.

"Kami merekomendasikan investor untuk melakukan strategi trading di tengah pergerakan harga SUN yang cenderung bergerak berfluktuasi dengan fokus kepada pergerakan nilai tukar rupiah," papar Made dalam riset harian, Rabu (27/3).

Adapun seri-seri yang menarik pada kondisi tersebut di antaranya adalah FR0069, FR0061, FR0070, FR0070, FR0056, FR0059, dan FR0071.

Pada perdagangan Selasa (26/3), harga SUN kembali bergerak dengan kecenderungan naik di tengah menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perubahan harga mencapai 100 bps, yang mendorong turunnya tingkat imbal hasil hingga 12 bps.

Untuk seri acuan, seluruhnya mengalami kenaikan harga yang mengakibatkan adanya penurunan yield rata-rata 2,8 bps.

Seri acuan dengan tenor 5 tahun mengalami kenaikan harga tertinggi, yakni 30 bps, yang mendorong penurunan imbal hasil sebesar 6,8 bps ke level 7,045%. Seri acuan bertenor 10 tahun dan 15 tahun juga menunjukkan kenaikan harga, masing-masing 22 bps dan 9 bps, sehingga berdampak pada penurunan yield masing-masing 3,1 bps ke level 7,587% dan 1,1 bps ke level 8,010%.

Adapun seri acuan yang mengalami perubahan harga terendah adalah pada SUN bertenor 20 tahun, yang naik 2 bps dan mengakibatkan terjadinya penurunan imbal hasil sebesar 0,2 bps ke level 8,094%.

Penguatan harga obligasi masih dipengaruhi oleh kondisi perlambatan ekonomi AS, yang tercermin dari data manufaktur Dallas dan Chicago yang semakin tertekan. Kondisi ini membuat para pelaku pasar memungkinkan mencari aset yang lebih berkualitas (flight to quality).

Naiknya harga SUN juga diiringi dengan apresiasi surat utang negara berkembang yang lain.

Kenaikan harga juga terlihat pada perdagangan SUN dengan denominasi dolar AS, di tengah penurunan persepsi risiko. Kondisi ini didapati di semua seri SUN berdonominasi dolar AS.

Harga INDO24 dan INDO29 mengalami kenaikan masing-masing 5,9 bps dan 45,4 bps, sehingga berdampak terhadap turunnya tingkat imbal hasil sebesar 1,2 bps ke level 3,496% dan 5,4 bps ke level 3,890%.

Untuk INDO44 dan INDO49, harganya masing-masing naik 61,2 bps dan 74,4 bps. Hal itu mendorong adanya koreksi yield sebesar 3,6 bps ke level 4,810% dan 4,4 bps ke level 4,704%.

Sementara itu, volume perdagangan SUN yang dilaporkan pada perdagangan kemarin mengalami peningkatan dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya, yaitu senilai Rp21,12 triliun dari 36 seri yang diperdagangkan.

Hal tersebut mengindikasikan pelaku pasar cukup aktif melakukan transaksi di pasar sekunder. Seri FR0068 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni senilai Rp5,54 triliun dari 120 kali transaksi.

Diikuti oleh perdagangan seri FR0079 yang nilainya mencapai Rp4,14 triliun dari 119 kali transaksi, serta FR0078 yang sebesar Rp3,14 triliun dari 82 kali transaksi.

Untuk sukuk negara, Project Based Sukuk dengan seri PBS014 membukukan volume terbesar, yaitu senilai Rp272,65 miliar dari 5 kali transaksi. Diikuti oleh seri PBS015, yang senilai Rp169,87 miliar untuk 5 kali perdagangan.

Dari perdagangan obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan lebih kecil daripada sebelumnya, yaitu senilai Rp428,15 miliar dari 34 seri obligasi korporasi yang ditransaksikan.

Obligasi Berkelanjutan II Bank BRI Tahap II Tahun 2017 Seri B (BBRI02BCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yaitu mencapai Rp115 miliar dari 4 kali transaksi di harga rata-rata 100,22%. Diikuti oleh (Obligasi Berkelanjutan IV Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2019 Seri A (TUFI04ACN1), dengan nilai Rp62,8 miliar dari 2 kali transaksi di harga rata-rata 100,15%.

Pada Selasa (26/3), rupiah menguat 14 pts (0,09%) ke level Rp14.172 per dolar AS. Penguatan terjadi seiring dengan pergerakan nilai tukar mata uang regional yang bergerak bervariatif terhadap mata uang dolar AS.

Penguatan mata uang regional dipimpin oleh peso Filipina (PHP), yang menguat 0,14%. Disusul oleh penguatan rupiah Indonesia (IDR) dan won Korea Selatan (KRW), masing-masing sebesar 0,09% dan 0,06%.

Sebaliknya, pelemahan terdalam dialami oleh yen Jepang (JPY) sebesar 0,35% dan diikuti dengan baht Thailand (THB) sebesar 0,19%. Adapun ringgit Malaysia (MYR) dan renminbi China masing-masing melemah 0,06%.

Di sisi lain, yield US Treasury tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami kenaikan, sehingga masing-masing berada di level 2,416% dan 2,869%. Kondisi tersebut terjadi di tengah kondisi pasar saham AS yang ditutup di zona hijau, di mana indeks DJIA ditutup naik 55 bps ke level 25657,73 dan indeks NASDAQ menguat 71 bps di level 7691,52.

Sementara itu, pasar obligasi Inggris (Gilt) dengan tenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami penguatan di level 1,008% dan 1,531%. Namun, obligasi Jerman (Bund) bertenor 10 tahun dan 30 tahun mengalami koreksi terbatas di level -0,023% dan 0,576%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper