Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fitch Tegaskan Rating Indonesia, IHSG Menguat Saat Emerging Market Terbebani Data China

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (14/3/2019).
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Kamis (14/3/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,56% atau 35,69 poin di level 6.413,27 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Rabu (13/3), IHSG berakhir di level 6.377,57 dengan penguatan 0,37% atau 23,8 poin.

IHSG sempat tergelincir ke zona merah dengan dibuka turun 0,04% atau 2,66 poin di level 6.374,92 pagi tadi. Kenaikan yang dibukukan indeks pada akhir perdagangan hari ini adalah yang terbesar setelah naik 0,9% pada perdagangan 1 Maret. 

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.372,96 – 6.413,27.

Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona hijau, dipimpin sektor industri dasar dan aneka industri yang masing-masing naik 2,03% dan 2,02%. Adapun sektor konsumer dan perdagangan masing-masing turun 0,52% dan 0,11%.

Dari 628 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 221 saham menguat, 179 saham melemah, dan 228 saham stagnan.

Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing naik 2,97% dan 1,84% menjadi penopang utama penguatan IHSG hari ini.

Namun aksi jual bersih oleh investor asing tetap berlanjut pada perdagangan hari kelima berturut-turut. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan net sell sebesar Rp313,05 miliar pada perdagangan hari ini.

Saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang masing-masing turun 1,04% dan 4,76% menjadi penekan utama sekaligus membatasi besarnya kenaikan IHSG hari ini.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 lanjut berakhir menguat 0,79% atau 4,39 poin di level 556,54, setelah ditutup naik 0,04% atau 0,23 poin di posisi 552,15 pada Rabu (13/3).

Indeks saham lainnya di Asia mayoritas berakhir di zona merah hari ini, di antaranya indeks FTSE Malay KLCI (-0,22%) dan indeks PSEi Filipina (-0,20%). 

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing ditutup turun 0,24% dan 0,02%. Adapun dua indeks saham utama di China, Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing berakhir melemah 1,20% dan 0,69%. 

Bursa saham pasar negara berkembang (emerging market) secara keseluruhan terdampak kekhawatiran seputar melambatnya pertumbuhan global setelah data produksi industri China menunjukkan perlambatan.

Pertumbuhan produksi industri China melambat ke level terendah dalam 17 tahun terakhir pada dua bulan pertama tahun 2019. Hal ini menunjukkan pelemahan lebih lanjut dalam negara berekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional, Kamis (14/3/2019), output industri naik 5,3% pada Januari-Februari, lebih rendah dari yang diperkirakan dan merupakan pertumbuhan paling lambat sejak awal 2002.

Namun, kenaikan sebesar 11,6% pada investasi properti selama periode yang sama mencegah sentimen memburuk lebih jauh.

“Data yang beragam untuk aktivitas Januari-Februari gagal menghilangkan narasi deselerasi China,” tulis pakar strategi di UBS Chief Investment Office dalam sebuah risetnya, seraya menambahkan ekonomi China akan terus melambat sepanjang 2019.

Di sisi lain, menurut Indosurya Bersinar Sekuritas, IHSG diperkirakan masih akan dapat terus mempertahankan level support yang ada, sehari jelang rilis data perekonomian trade balance. Dengan demikian, peluang kenaikan lanjutan untuk dapat kembali mengukir sejarah baru dapat segera terwujud.

“Hal itu tentunya sangat ditunjang oleh kuatnya fundamental perekonomian dan membaiknya kinerja emiten di dalamnya” jelas William Surya Wijaya, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas dalam risetnya hari ini.

Sementara itu, seperti dilansir Bloomberg, Fitch Ratings menegaskan rating Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil.

Dalam pernyataannya, Fitch mengutarakan rating Indonesia menyeimbangkan prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang menguntungkan dan beban utang pemerintah yang kecil.

Fitch memaparkan sejumlah tantangan eksternal terhadap beban utang di antaranya adalah ketergantungan pada sumber pembiayaan eksternal dan pendapatan pemerintah yang rendah.

“Ada sedikit indikasi dalam pandangan Fitch bahwa pemilihan presiden dan parlemen pada 17 April 2019 akan menyebabkan perubahan besar dalam arah kebijakan ekonomi,” paparnya.

Fitch juga memperkirakan rasio utang pemerintah akan tetap stabil dalam beberapa tahun ke depan. Adapun prospek pertumbuhan Indonesia diperkirakan akan terus kuat relatif terhadap negara lain yang sepadan.

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

BMRI

+2,97

BBRI

+1,84

ASII

+2,46

CPIN

+3,42

BBNI

+1,72

Saham-saham penekan IHSG:                   

Kode

(%)

HMSP

-1,04

EMTK

-4,76

INPP

-20,11

BBCA

-0,27

GGRM

-0,79

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper