Bisnis.com, JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk. mencatatkan pertumbuhan laba bersih hingga 540,60% secara tahunan pada 2018. Mampukah pencapaian itu memoles laju saham perseroan ke level Rp1.100?
Dalam publikasi laporan keuangan 2018 awal pekan ini, emiten berkode saham ANTM itu mengantongi pendapatan Rp25,24 triliun pada 2018. Realisasi itu naik 99,48% dari Rp12,65 triliun pada 2017.
Dari situ, emiten tambang milik negara tersebut mengamankan laba bersih Rp874,42 miliar pada akhir 2018. Pencapaian itu naik 540,60% dari Rp136,50 miliar pada 2017.
Di pasar modal, Bloomberg mencatat harga saham ANTM tersungkur 5 poin atau 0,52% ke level Rp965 pada penutupan perdagangan, Rabu (13/3). Total kapitalisasi pasar yang dimiliki senilai Rp23,19 triliun dengan price earning ratio (PER) 26,81 kali.
Sepekan terakhir, laju saham ANTM berada dalam tren negatif. Pasalnya, terjadi koreksi saham sebesar 6,76%.
Akan tetapi, pergerakan saham ANTM tercatat telah menguat 26,14% untuk periode berjalan 2019. Harga saham bergerak menyentuh level terendah Rp735 dan level tertinggi Rp1.150 sepanjang tahun berjalan.
Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, analis Panin Sekuritas Iqbal Nurrahman memberikan rekomendasi beli untuk saham ANTM. Target harga perseroan berada di level Rp1.100.
Iqbal menuliskan rekomendasi itu sejalan dengan sejumlah pertimbangan. Pertama, perubahan sistem penjualan emas dengan mengurangi jasa cap lebur ritel.
Kedua, proyeksi harga yang emas yang lebih baik pada 2019. Komoditas itu menjadi safe haven di tengah ekspektasi perlambatan ekonomi.
“Ketiga, peningkatan kapasitas produksi nikel pada 2019,” jelasnya dalam riset yang dipublikasikan, Rabu (13/3/2019).
Dia menjelaskan bahwa ANTM membidik pertumbuhan penjualan feronikel pada 2019. Target itu sejalan dengan selesainya proyek Pabrik Feronikel Haltim yang akan mengerek kapasitas produksi menjadi 40.500 Tni.
Di sisi lain, analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy dalam risetnya memproyeksikan ANTM masih mampu mengamankan pertumbuhan kinerja keuangan pada 2019. Bahkan, laba bersih perseroan diharapkan dapat mencapai Rp1,4 triliun atau tumbuh 60% secara tahunan.
Pihaknya masih mempertahankan rekomendasi beli untuk saham ANTM. Target harga berada di level Rp1.100.
Robertus menggarisbawahi sejumlah risiko investasi yakni realisasi yang lebih rendah untuk volume penjualan feronikel, volume produksi bijih atau ore bauksit, serta penjualan emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel