Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Menguat, Harga CPO Menanjak

Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (12/3/2019).
Tandan buah segar/Bisnis.com
Tandan buah segar/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil) menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (12/3/2019).

Mengutip Bloomberg, hingga pukul 11.29 WIB, harga CPO kontrak Mei 2019 di Bursa Derivatif Malaysia menanjak 0,52% atau 11,00 poin pada level 2.130 ringgit per ton, melanjutkan penguatan 0,38% atau 8,00 poin pada level 2.127 ringgit per ton pada pembukaan perdagangan pagi ini.

Adapun sehari sebelumnya (11/3/2019), harga bahan baku minyak goreng tersebut ditutup turun 0,28% atau 6,00 poin pada level 2.119 ringgit per ton, usai dibuka menguat 0,38% atau 8,00 poin di level 2.133 ringgit per ton.

Namun demikian, bila dilihat secara tahun kalender berjalan atau year to date (ytd) harga produk agrikultur andalan Indonesia itu masih minus 2,10%.

Kenaikan harga CPO pada hari ini sepertinya didukung oleh sentimen menguatnya permintaan. Fitch Solutions memperkirakan, produksi CPO akan ekspansi dalam keadaan laju yang lamban, sedangkan pertumbuhan permintaan relatif lebih kuat.

Salah satunya berasal dari pertumbuhan produksi biodiesel akan terakselerasi di Malaysia dan Indonesia untuk mendukung industri. Hal tersebut pun semacam menjadi suplemen bagi harga sawit untuk mendaki.

Sawit merupakan bahan baku untuk bahan bakar alternatif tersebut. Penggunaan biodiesel tersebut didorong oleh kedua negara guna meningkatkan permintaan CPO.

Padahal kemarin, harga CPO sempat dibayangi bearish sehubungan dengan persediaan komoditas itu di Malaysia meningkat 1,3% dari bulan lalu menjadi 3,05 juta ton pada Februari. Sementara itu, ekspor terjungkal 21,4% menjadi 1,32 juta ton.

Sathia Varqa, pemilik Palm Oil Analytics di Singapura mengatakan, tumbuhnya persediaan CPO di Malaysia itu merupakan kejutan dan akan membani harga dalam jangka pendek.

“Pasar memperkirakan angka-angka sedikit bullish, tetapi data aktual terlihat sebagai bearish pada persediaan naik dan lebih dalam dari penurunan ekspor yang diantisipasi, ”katanya dikutip dari Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper