Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Melemah Dampak Pemangkasan Target Pertumbuhan Ekonomi China

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,2%, sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,3%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,6% dan indeks Kospi Korea Selatan kehilangan 0,5%.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia melemah pada perdagangan Selasa (5/3/2019) setelah China memangkas target pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2019.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau melemah 0,2%, sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,3%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,6% dan indeks Kospi Korea Selatan kehilangan 0,5%.

Seperti dilansir Reuters, China memangkas target pertumbuhan untuk tahun ini menjadi 6,0% hingga 6,5%, sesuai dengan ekspektasi analis, dari sekitar 6,5% tahun lalu.

Perdana Menteri China Li Keqiang juga memperkirakan defisit anggaran sebesar 2,8 persen dari PDB dan Departemen Keuangan menetapkan kuota untuk obligasi khusus pemerintah daerah sebesar 2,15 triliun yuan, 0,8 triliun yuan di atas kuota tahun lalu.

"Peningkatan obligasi khusus pemerintah daerah cukup besar," kata Naoto Saito, kepala analis di Daiwa Institute of Research, seperti dikutip Reuters.

"Karena dana itu hanya akan digunakan untuk investasi infrastruktur, Anda tidak dapat menghindari kesan bahwa pemerintah mengandalkan investasi untuk mendukung perekonomian dalam jangka pendek daripada de-leveraging. Ini dapat menyebabkan masalah dalam jangka panjang,” lanjutnya.

Bursa Asia juga mengekor pelemahan pada indeks utama Wall Street yang jatuh pada hari Senin, dengan Dow Jones Industrial Average turun 0,79% dan S&P 500 melemah 0,39%. Penurunan tak terduga dalam pengeluaran konstruksi AS disebut sebagai faktor penekan indeks.

Tetapi sejumlah analis melihat pelemahan ini sebagai koreksi yang lama tertunda setelah reli sejak akhir tahun lalu.

MSCI World Index, yang melacak 23 pasar saham negara maju, telah menguat 16,6% dari level terendah dua tahun pada 26 Desember, bahkan ketika prospek pendapatan perusahaan mandek, didorong oleh ekspektasi The Fed yang dovish perundingan perdagangan antara Beijing dan Washington.

Laporan media pada hari Senin bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping dapat mencapai kesepakatan perdagangan formal pada pertemuan tingkat tinggi yang direncanakan sekitar 27 Maret. Akan tetapi, berita ini justru mendorong aksi ambil untung daripada pembelian lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper