Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketidakpastian Global Masih Bayangi Pergerakan Rupiah Pekan Ini

Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini masih akan dibayangi dengan ketidakpastian global dan sentimen gejolak geopolitik yang semakin marak.
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan memegang mata uang rupiah di gerai penukaran mata uang asing Ayu Masagung, Kwitang, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini masih akan dibayangi dengan ketidakpastian global dan sentimen gejolak geopolitik yang semakin marak.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pergerakan rupiah masih akan dibayangi katalis negatif akibat bertambahnya sentimen ketidakpastian sehingga akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi global.

"Hubungan AS-China yang kembali tegang menyebabkan pelaku pasar khawatir. Jangan-jangan damai dagang yang selama ini diidamkan bisa buyar," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (3/3/2019).

Kembali mencuatnya ketidakpastian perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan menjadi sebuah risiko besar bagi perekonomian global, yaitu risiko perlambatan ekonomi yang menjadi semakin nyata.

Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump menegaskan dirinya siap untuk membatalkan perundingan dagang dengan China jika hasilnya tetap tidak memuaskan.

Ketegangan lain yang menahan laju pergerakan rupiah berasal dari India dan Pakistan, yang menjadi perbincangan hangat baru bagi pasar karena kedua negara tersebut adalah negara yang memiliki reaktor nuklir.

Adapun, India merupakan negara berkembang yang saat ini merupakan negara yang penting di Asia sehingga ketegangan tersebut menggoyahkan rupiah.

Masih pada pertemuan yang sama, seperti yang diketahu, pertemuan tersebut menjadi pertemuan puncak antara AS dan Korea Utara, yang juga berakhir tanpa kepastian dan diwarnai aksi walk out oleh Donald Trump.

Sementara itu, dari sisi internal, harga minyak mentah dunia yang kembali di zona hijau akan membebani neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia karena biaya impor yang membengkak.

Apalagi, transaksi berjalan yang mencerminkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa menjadi fondasi penting bagi rupiah.

"Kekurangan pasokan devisa, rupiah tentu berpotensi melemah. Risiko ini membuat investor berpikir ulang untuk mengoleksi mata uang Tanah Air," papar Ibrahim.

Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (1/3/2019), rupiah ditutup melemah 0,36% atau turun 51 poin menjadi Rp14.120 per dolar AS.

Dalam perdagangan awal pekan rupiah diperkirakan akan di perdagangkan di level penguatan Rp14.070 per dolar AS dan melemah di level Rp14.150 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper