Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tersuntik Sinyal Positif Perang Dagang, Harga Emas Stabil

Emas bergerak stabil hampir menyentuh level terendah dalam 5 pekan seiring dengan prospek perundingan dagang antara AS dan China yang dapat menghilangkan kenaikan tarif impor AS untuk China sehingga mendorong selera investor beralih ke aset yang lebih berisiko.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Emas bergerak stabil hampir menyentuh level terendah dalam 5 pekan seiring dengan prospek perundingan dagang antara AS dan China yang dapat menghilangkan kenaikan tarif impor AS untuk China sehingga mendorong selera investor beralih ke aset yang lebih berisiko.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Senin (4/3/2019) pukul 14.52 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,11% menjadi US$1.291,99 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di bursa Comex bergerak melemah 0,46% pada level US%1.293,20 per troy ounce.

Mengutip riset harian Asia Tradepoint Futures, meredanya sengketa dagang antara AS dan China, serta tidak tercapainya kesepakatan antara Trump dan Kim Jong Un belum mampu mendorong pelaku pasar untuk memburu emas.

"Tampaknya beragam sentimen saat ini belum mampu menjadi katalis positif bagi Emas," tulis Asia Trade Point Futures seperti dikutip dari risetnya, Senin (4/3/2018).

Adapun, pemerintah China menjelaskan dalam serangkaian negosiasi dengan AS pada beberapa pekan terakhir, penghapusan kenaikan biaya impor untuk barang-barang China sebesar US$200 miliar untuk dapat segera dilakukan.

Selain itu, hingga kini pelaku pasar cenderung berlindung di balik dolar AS setelah Ketua The Fed Jerome Powell menekankan keyakinannya terhadap ekonomi AS meskipun terdapat potensi perlambatan pertumbuhan. 

Sikap Powell tersebut menjadi sebuah sinyal bagus pelaku pasar karena adanya peluang kenaikan suku bunga FFR pada tahun ini. Faktor inilah yang menyebabkan dolar AS terlalu tangguh bagi pesaingnya termasuk emas.

Namun, Presiden AS Donald Trump kembali mengkritik Jerome Powell karena kenaikan suku bunganya yang cukup agresif pada tahun lalu menyebabkan dolar AS menguat. Dia menilai dolar AS yang kuat dapat melemahkan daya saing Negeri Paman Sam.

Selanjutnya, fokus pelaku pasar akan tertuju pada data pertumbuhan sektor tenaga kerja AS atau NFP yang akan dirilis Jumat pekan ini. 

Pasar memperkirakan pertumbuhan tenaga kerja AS periode Februari adalah sebesar 180.000, sedangkan tingkat pengangguran diperkirakan turun menjadi 3,9% atau lebih baik dari periode sebelumnya yang mencapai 4%. 

Untuk upah rata-rata perjam, pasar optimistis menanjak naik sebesar 0,3%. Optimisme pelaku pasar terhadap pasar tenaga kerja AS ini akan selalu berdampak negatif bagi harga emas. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper