Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melangkah Gontai, Ini Penekannya

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melaju kian gontai pada perdagangan pagi ini, Senin (7/1/2019), terbebani spekulasi investor mengenai jeda pengetatan kebijakan oleh Federal Reserve AS tahun ini.
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018)./ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Petugas menata tumpukan uang dolar AS di Cash Center Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (18/4/2018)./ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) melaju kian gontai pada perdagangan pagi ini, Senin (7/1/2019), terbebani spekulasi investor mengenai jeda pengetatan kebijakan oleh Federal Reserve AS  tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia melemah 0,2% atau 0,194 poin ke level 95,985 pada pukul 10.20 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka terkoreksi tipis 0,019 poin atau 0,02% di level 96,160, setelah pada perdagangan Jumat (4/1) berakhir melemah 0,13% atau 0,126 poin di posisi 96,179.

Seperti diberitakan Reuters, minat terhadap aset berisiko menguat pada perdagangan di Asia pagi ini, berkat langkah pelonggaran moneter agresif oleh pemerintah China pada Jumat (4/1) demi mengatasi perlambatan ekonomi yang tajam.

Setelah serangkaian data manufaktur yang lebih lemah dari perkiraan, otoritas China memangkas rasio persyaratan cadangan bank (reserve requirement ratio/RRR) sebesar 100 basis poin.

Ekspektasi pasar juga terdorong oleh agenda perundingan pemerintah AS dan China pada hari ini di Beijing guna mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif.

Pertemuan nanti akan menjadi tatap muka langsung pertama antara kedua negara sejak Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping sepakat memasuki periode gencatan senjata 90 hari dalam perang dagang mereka pada 1 Desember di Buenos Aires, Argentina.

Kedua belah pihak memiliki waktu hingga 1 Maret untuk membuat kesepakatan, setelah itu Trump telah sesumbar akan menaikkan tarif menjadi 25%, dari 10%, terhadap impor senilai US$200 miliar asal China.

Di sisi lain, Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat mengatakan kepada American Economic Association bahwa The Fed tidak berada di jalur kenaikan suku bunga yang telah ditetapkan dan bahwa bank sentral AS akan peka terhadap risiko penurunan di dalam pasar.

Terlepas dari data pekerjaan AS yang lebih kuat dari yang perkiraan pada Desember, banyak analis meyakini bahwa negara berekonomi terbesar di dunia ini tengah kehilangan momentumnya. Dengan begitu, langkah kenaikan suku bunga lebih lanjut adalah hal terakhir yang dibutuhkannya.

Komentar Powell bahwa The Fed "siap untuk mengubah sikap kebijakan" telah mendorong sentimen investor dan menyebabkan penguatan bursa saham AS pada hari Jumat.

“Aliran berita yang kita dengar sejak Jumat telah mengangkat sentimen. Pasar tentu menyukai apa yang dikatakan Powell pada hari Jumat dan reaksinya negatif untuk dolar,” kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets, seperti dilansir dari Reuters.

“[Selain itu] pemangkasan persyaratan cadangan bank China sangat penting dan telah mengangkat komoditas,” tambahnya.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

7/1/2019

(Pk. 10.20 WIB)

95,985

(-0,20%)

4/1/2019

 

96,179

(-0,13%)

3/1/2019

 

96,305

(-0,53%

2/1/2019

 

96,819

(+0,76%)

1/1/2019

96,085

(-0,09%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper