Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PASAR SAHAM: Menanti January Effect Kembali Terulang

Sejumlah analis memproyeksikan IHSG berpotensi mencatatkan return positif hingga akhir Januari, menyusul penguatan yang telah terjadi pada awal bulan ini serta ekspektasi kembali terjadinya January effect terhadap pasar saham dalam negeri tahun ini.
Pengunjung beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Kamis (3/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung beraktivitas di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham, di Jakarta, Kamis (3/1/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah analis memproyeksikan IHSG berpotensi mencatatkan return positif hingga akhir Januari, menyusul penguatan yang telah terjadi pada awal bulan ini serta ekspektasi kembali terjadinya January effect terhadap pasar saham dalam negeri tahun ini.

Akhir pekan lalu, IHSG ditutup pada level 6.274,54 atau meningkat 1,29% dibandingkan dengan penutupan akhir 2018. IHSG tercatat cenderung terus meningkat pada 3 hari pertama perdagangan pada awal tahun ini dengan didukung aksi beli asing senilai Rp789 miliar.

Kinerja IHSG pada awal tahun ini berada di urutan kedua terbaik di Asia Pasifik, hanya kalah dari indeks PSEi Filipina yang mencatatkan return 3,95% ytd. Ini menjadi anomali sebab mayoritas indeks lain masih mencatatkan return negatif.

Thendra Crisnanda, Kepala Riset Institusi MNC Sekuritas, mengatakan bahwa berdasarkan data 10 tahun terakhir, peluang bagi IHSG untuk mencatatkanreturn positif pada Januari memang lebih besar, mencapai 70%.

Thendra mengatakan, MNC memiliki pandangan bahwa penguatan IHSG kali ini akan ditopang oleh potensi capital inflowakibat tidak begitu kondusifnya pasar global. Pasar Indonesia masih akan tampak menarik bagi asing sebab menawarkan potensi return investasi yang menarik.

Di pasar obligasi, yield surat utang negara 10 tahun mencapai 8% - 8,5%, sedangkan inflasi diperkirakan dapat terjaga pada level rendah di kisaran 3,5% - 4,2% tahun ini.

Kendati begitu, Thendra mengatakan pergerakan IHSG yang cenderung anomali saat ini di tengah pelemahan kinerja pasar keuangan global secara keseluruhan  patut dicermati. Menurutnya, besarnya dampak dari ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, khususnya US dan China, juga akan berdampak negatif pada pasar domestik ke depan.

“Kami memproyeksikan IHSG masih berpotensi mencatatkan return positif pada Januari, tetapi dengan besaran positif return yang tipis. Saat ini IHSG berada dalam posisi overbought dan rentan untuk terkena aksi profit taking,” katanya pekan lalu. 

Thendra memproyeksikan IHSG masih berpeluang meningkat hingga level 6.300 pada akhir Januari 2019, dengan pola pergerakan diperkirakan konsolidatif pada level 6.150 – 6.300. Sektor yang masih berpeluang meningkat yakni komoditas seperti ADRO, PTBA, INCO, dan ANTM, serta sektor konsumsi khususnya GGRM dan HOKI.

Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, mengatakan bahwa manager investasi umumnya melakukan penyesuaian portofolio pada awal tahun sehingga mendorong kinerja pasar pada Januari. Dia memandang, peluang January effect ini kembali terjadi cukup besar.

Hal ini didukung oleh sentimen positif dalam negeri, terutama bila kurs dapat terjaga stabil. Di sisi lain, masih ada sejumlah saham yang memiliki price to earning ratio yang masih murah. Menurutnya, sektor konstruksi masih akan menjadi pilihan utama pada awal tahun ini, khususnya saham BUMN.

Lagi pula, efek dari window dressing pada akhir tahun lalu belum terlalu signifikan sehingga investor kemungkinan akan melanjutkan aksi penataan portofolionya pada awal tahun ini. Belum lagi bila ada emiten yang mengumumkan rencana pembagian dividen, tentu akan mendorong pergerakan pasar.

“Namun, bila ditanya apakah January effect tahun ini akan setinggi Januari 2018, kita agak pesimis juga. Kita perkirakan tetap ada, tetapi tidak setinggi tahun lalu. January effect mungkin terjadi secara sektoral saja, khususnya di konstruksi,” katanya.

Adapun, pada Januari 2018, IHSG tumbuh mencapai 3,93% dalam sebulan. Ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi IHSG Januari dalam 10 tahun terakhir.

Janson Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa pendorong penguatan IHSG pada awal tahun ini lebih besar karena January effect. Ada beberapa faktor pendorongnya, terutama perundingan damai perang dagang AS dan China yang tampaknya mulai positif.

China sudah mulai kembali membeli kedelai dari AS, mengurangi tarif mobil impor dari AS dan Eropa, serta mulai membuka sektor keuangan untuk investor luar negri. Faktor lainnya yakni sikap The Fed yang mulai dovish untuk menaikkan Fed Fund Rate tahun ini, dengan ekspektasi kenaikan hanya satu kali atau tidak sama sekali.

“Sampai akhir bulan, IHSG  akan mencoba test resistant 6.270 – 6.300,” katanya.

Sektor pilihan Janson yakni bank seperti BBRI, BMRI, dan BBTN; otomotif yakni ASII; alat berat yakni UNTR; infrastruktur yakni TLKM; dan konsumer yakni KLBF dan ICBP.

Valdy Kurniawan, analis Phintraco Sekuritas, mengatakan bahwa salah satu penyebab January effect hampir selalu terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah karena ekspektasi investor yang cenderung tinggi setiap awal tahun.

Tahun ini, ekspektasi investor juga kembali tinggi sebab data terbaru menunjukkan kinerja APBN 2018 yang relatif baik, terlihat dari defisit anggaran yang hanya di kisaran 1,7% dari PDB. Selain itu juga ada ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2018 akan lebih baik dibandingkan yang dikhawatirkan. 

Pasalnya, pada Desember 2018 inflasi tercatat 0,62% mom, jauh lebih tinggi dari proyeksi ekonom pada umumnya. Hal ini mengindikasikan tingginya konsumsi pada Desember 2018 bersama natal dan tahun baru. Data tersebut meredam kekhawatiran terhadap pelemahan daya beli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper