Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tertahan, Pasar Tunggu The Fed & Data Payroll

Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertahan pada perdagangan siang ini, Jumat (4/1/2019), saat nilai tukar yen Jepang melemah terhadap dolar AS akibat terbebani rencana diskusi perdagangan antara AS dan China.
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang, di Jakarta, Selasa (2/10/2018)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) cenderung tertahan pada perdagangan siang ini, Jumat (4/1/2019), saat nilai tukar yen Jepang melemah terhadap dolar AS akibat terbebani rencana diskusi perdagangan antara AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia turun hanya 0,003 poin ke level 96,302 pada pukul 14.08 WIB.

Pergerakan indeks dolar AS sebelumnya dibuka terkoreksi tipis 0,028 poin atau 0,03% di level 96,277, setelah pada perdagangan Kamis (3/1/2019) berakhir melemah 0,53% atau 0,514 poin di posisi 96,305.

Sementara itu, nilai tukar yen siang ini terpantau melemah 0,44% atau 0,47 poin ke level 108,14 per dolar AS, setelah ditutup menguat tajam 1,11% atau 1,21 poin di posisi 107,67 pada perdagangan Kamis (3/1).

Seperti diberitakan Reuters, sentimen pasar terdorong setelah pemerintah China mengonfirmasikan rencana diskusi perdagangan dengan AS di Beijing pada 7-8 Januari.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Perdagangan China mengonfirmasi bahwa Deputi Perwakilan Perdagangan AS Jeffrey Gerrish akan memimpin delegasi AS untuk pembicaraan perdagangan nanti.

Wakil menteri dari kedua negara diungkapkan telah berkomunikasi via sambungan telepon pada hari ini dan akan membahas bagaimana menerapkan kesepakatan yang dicapai di Argentina dalam pertemuan mendatang yang akan digelar di Beijing.

Pertemuan itu akan menjadi negosiasi langsung pertama antara AS dan China sejak Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat untuk mengambil jeda selama 90 hari dalam pengenaan tarif dagang. Kesepakatan itu dicapai pada 1 Desember 2018 di Buenos Aires, Argentina.

Rencana pembicaraan ini menambah harapan bahwa dua ekonomi terbesar dunia tersebut sedang mengupayakan cara untuk meredakan ketegangan perdagangan yang telah mengguncang pasar finansial global hampir sepanjang 2018.

“Sentimen telah bergeser sedikit ke sisi positif, itulah sebabnya kita melihat yen melemah,” ujar Margaret Yang, analis pasar di CMC Markets.

Kendati demikian, kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kegagalan pembicaraan perdagangan kemungkinan akan menahan investor kembali ke aset berisiko dalam dalam beberapa pekan mendatang.

Di sisi lain, aktivitas pabrik AS yang lebih lesu dari perkiraan pada Desember 2018 telah mendorong spekulasi investor bahwa Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga pada 2019, bahkan mungkin akan memangkasnya pada 2020.

Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg pada Kamis (3/1), Presiden Fed wilayah Dallas Robert Kaplan mengakui sejumlah isu seperti perlambatan pertumbuhan global dan pengetatan kondisi keuangan.

“Pandangan saya sendiri adalah kita seharusnya tidak mengambil tindakan lebih lanjut atas suku bunga sampai masalah ini diselesaikan untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk,” kata Kaplan.

Pasar selanjutnya akan mencermati komentar Gubernur The Fed Jerome Powell pada hari ini waktu setempat di Atlanta. Setiap komentar mengenai meningkatnya risiko pertumbuhan dan pengetatan kondisi keuangan kemungkinan akan dipandang oleh pedagang sebagai sinyal kebijakan yang dovish.

Pedagang juga akan menantikan rilis laporan payroll AS untuk Desember 2018 guna memperoleh indikasi kesehatan pasar tenaga kerja secara keseluruhan.

Sikap The Fed yang dovish kemungkinan akan menahan greenback di bawah tekanan dalam beberapa bulan mendatang. Pada saat yang sama, ini juga memberi ruang bagi bank sentral di pasar negara berkembang untuk memangkas suku bunga jika kondisi ekonomi memburuk.

“Dolar yang lebih lemah akan menguntungkan mata uang pasar berkembang, tetapi untuk saat ini kinerja mata uang dilumpuhkan ketidakpastian tentang China,” kata Ray Attrill, kepala strategi mata uang di NAB.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

4/1/2019

(Pk. 14.08 WIB)

96,302

(-0,003 poin)

3/1/2019

 

96,305

(-0,53%

2/1/2019

 

96,819

(+0,76%)

1/1/2019

96,085

(-0,09%)

31/12/2018

 

96,173

(-0,24%)

Sumber: Bloomberg

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper