Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MNC Sekuritas: Jelang Lelang, Harga SUN Bergerak Terbatas

MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan cenderung bergerak terbatas pada Kamis (3/1/2019), menjelang pelaksanaan lelang hari ini.
Ilustrasi Surat Utang Negara
Ilustrasi Surat Utang Negara

Bisnis.com, JAKARTA -- MNC Sekuritas memperkirakan harga Surat Utang Negara (SUN) akan cenderung bergerak terbatas pada Kamis (3/1/2019), menjelang pelaksanaan lelang hari ini.

Pemerintah menargetkan penerbitan SUN senilai Rp15 triliun dari enam seri yang ditawarkan kepada investor.

Kepala Divisi Riset Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan arah pergerakan harga SUN akan dipengaruhi oleh hasil lelang hari ini, di mana hal tersebut akan terlihat pada pertengahan sesi perdagangan.

Dari faktor eksternal, penurunan imbal hasil surat utang global akan menjadi katalis positif bagi perdagangan SUN berdenominasi dolar AS.

"Di tengah pelaksanaan lelang, kami sarankan kepada pelaku pasar untuk mencermati hasil dari lelang perdana pada 2019 tersebut," paparnya dalam riset harian, Kamis (3/1).

Lelang hari ini juga menawarkan Obligasi Negara seri FR0079 yang akan menjadi seri acuan baru tahun ini untuk tenor 20 tahun menggantikan seri FR0075.

Made menerangkan bagi investor yang ingin fokus pada seri acuan, seri-seri yang harus dicermati yaitu FR0077, FR0078, FR0068, dan seri baru FR0079.

Adapun seri yang akan dilelang hari ini adalah SPN03190406 (New Issuance), SPN12200106 (New Issuance), FR0077 (Reopening), FR0078 (Reopening), FR0068 (Reopening), dan FR0079 (New Issuance).

Dari lelang hari ini, target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp15 triliun sedangkan target maksimalnya Rp30 triliun.

Pada perdagangan Rabu (2/1), yield SUN bergerak dengan kecenderungan mengalami kenaikan di tengah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1-9 bps dengan rata-rata mengalami kenaikan sebesar 2,4 bps, di mana kenaikan imbal hasil yang cukup besar didapati pada SUN dengan tenor di bawah 15 tahun.

Imbal hasil SUN tenor pendek mengalami kenaikan antara 1-9 bps dengan didorong oleh penurunan harga hingga 17 bps. Untuk SUN tenor menengah, terlihat adanya kenaikan imbal hasil sebesar 2,5 bps yang didorong oleh penurunan harga hingga 10 bps.

Sementara itu, yield SUN dengan tenor panjang terlihat naik sebesar 6,5 bps di tengah turunnya harga hingga 50 bps.

Dari seri acuan, imbal hasil naik sampai 3 bps. Untuk seri acuan dengan tenor 5 tahun, kenaikannya sebesar 2,5 bps ke level 7,88% dan untuk tenor 10 tahun naik ke 7,975%.

Adapun seri acuan dengan tenor 20 tahun naik 1,5 bps ke level 8,398% dan tenor 15 tahun relatif tidak banyak mengalami perubahan imbal hasil di level 8,295%.

Pergerakan yield SUN yang cenderung naik pada perdagangan kemarin didorong oleh kembali melemahnya pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta menjelang pelaksanaan lelang SUN hari ini.

Menjelang lelang, harga SUN cenderung turun karena pelaku pasar berharap mendapatkan yield yang lebih tinggi pada saat pelaksaan lelang.

Namun, penurunan harga yang terjadi pada perdagangan kemarin tidak didukung oleh volume perdagangan yang cukup besar, mengindikasikan bahwa pelaku pasar masih belum sepenuhnya aktif di pasar sekunder setelah libur pada awal pekan.

Selain faktor pelemahan nilai tukar rupiah, koreksi harga juga didorong oleh faktor meningkatnya persepsi risiko yang tercermin pada kenaikan angka Credit Default Swap (CDS).

Sementara itu, data inflasi yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Desember 2018 terjadi inflasi sebesar 0,62% dengan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 3,13%.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,45%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,22%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,13%; kelompok sandang sebesar 0,08%; kelompok kesehatan sebesar 0,2%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,1%; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,28%.

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Desember 2018 antara lain tarif angkutan udara, telur ayam ras, daging ayam ras, bawang merah, beras, tarif kereta api, ikan segar, ikan diawetkan, bayam, tomat sayur, wortel, jeruk, cabai rawit, air kemasan, rokok kretek filter, dan tarif angkutan antar kota.

Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabai merah dan bawang putih.

Angka inflasi yang sedikit di atas estimasi tersebut tidak banyak berdampak terhadap pergerakan pasar surat utang mengingat angka inflasi secara keseluruhan masih sesuai dengan target inflasi 2018 yang berkisar 2,5%-4,5%.

Dari perdagangan SUN berdenominasi dolar AS, pergerakan harganya justru terlihat mengalami kenaikan sehingga mendorong terjadinya penurunan yield seiring dengan penurunan imbal hasil US Treasury.

Harga INDO24 naik sebesar 13 bps yang mendorong terjadinya penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps ke level 4,267%. Sementara itu, harga INDO44 meningkat 50 bps sehingga mendorong penurunan tingkat imbal hasil sebesar 3 bps ke level 5,300%.

Adapun harga INDO29 tidak banyak mengalami perubahan sehingga tingkat imbal hasilnya masih berada di level 4,558%.

Volume perdagangan Surat Berharga Negara (SBN) yang dilaporkan pada perdagangan kemarin senilai Rp5,82 triliun dari 31 seri yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan mencapai Rp1,256 triliun.

Obligasi Negara seri FR0064 menjadi SUN dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp990 miliar dari 23 kali transaksi. Diikuti Obligasi Negara seri FR0044, yakni Rp600 miliar dari 2 kali transaksi.

Sementara itu, Project Based Sukuk seri PBS019 menjadi Sukuk Negara dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp275 miliar dari 1 kali transaksi. Diikuti PBS014, yakni Rp205 miliar dari 1 kali transaksi.

Untuk obligasi korporasi, volume perdagangan yang dilaporkan senilai Rp1,4 triliun dari 42 seri yang diperdagangkan.

Obligasi Berkelanjutan III WOM Finance Tahap I Tahun 2018 Seri A (WOMF03ACN1) menjadi surat utang korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp303 miliar dari 15 kali transaksi. Diikuti Obligasi II Bussan Auto Finance Tahun 2018 Seri A (BAFI02A) dengan nilai Rp200 miliar dari 2 kali transaksi.

Adapun Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank Maybank Indonesia Tahap II Tahun 2016 (SMBNII01CN2) menjadi sukuk korporasi dengan volume perdagangan terbesar, yakni Rp40 miliar dari 4 kali transaksi. Diikuti Sukuk Ijarah Berkelanjutan II XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri A (SIEXCL02ACN1), yakni Rp11 miliar dari 4 kali transaksi.

Di sisi lain, mengawali perdagangan 2019, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 67,50 pts (0,47%) di level Rp14.457,5.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper