Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Pasar Saham China Kian Redup

Tahun 2019 tak tampak memberi jalan yang lebih mulus ketimbang tahun 2018 bagi pasar saham China.
Bursa China/Reuters
Bursa China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Tahun 2019 tak tampak memberi jalan yang lebih mulus ketimbang tahun 2018 bagi pasar saham China. Bursa saham Hong Kong bahkan mengalami perdagangan hari pertama terburuk sejak 1995, sedangkan indeks saham China turun ke bawah level support utama.

Kabar penurunan proyeksi pendapatan dari Apple pada Rabu (2/1/2019) kemungkinan hanya akan memperburuk kepercayaan investor terhadap perekonomian China.

Para pedagang mengaitkan kemerosotan pada perdagangan Rabu dengan data manufaktur China yang menunjukkan kontraksi, meskipun penurunan itu hanya melanjutkan tren bearish dalam beberapa waktu terakhir.

PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit yang dirilis Rabu (2/1) dilaporkan turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.

Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.

Indeks Hang Seng Hong Kong pun anjlok 2,8% pada perdagangan Rabu, memperpanjang penurunan sebesar 14% pada 2018.

Sementara itu, indeks Shanghai Composite meluncur ke level terendah empat tahun dan indeks Hang Seng China Enterprises turun ke bawah level kunci 10.000 untuk ditutup di level terendahnya sejak Februari 2017.

Produsen obat China, produsen minyak, pengembang properti, dan perusahaan teknologi mengalami pukulan terbesar. Cnooc Ltd., perusahaan eksplorasi minyak dan gas lepas pantai terbesar di negara itu, saja kehilangan nilai pasarnya sebesar US$4,5 miliar.

Satu hari perdagangan memang tidak berarti menentukan arah perdagangan selama sekitar setahun ke depan. Contohnya, indeks Hang Seng justru mengalami awal terbaik sejak 2013 pada tahun lalu, sebelum kemudian terbenam ke dalam kondisi pasar yang bearish.

Hang Seng malah mampu mengakhiri tahun 1995 dengan kenaikan 23% setelah mengawalinya dengan penurunan 4,2%.

Tetap saja, para pedagang tidak dapat menemukan banyak dorongan optimisme akhir-akhir ini. Dampak perang dagang kemungkinan besar akan semakin terasa pada ekonomi China selama beberapa bulan ke depan, sementara hasil diskusi perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) dipenuhi ketidakpastian.

Apple memangkas perkiraan nilai penjualan menjadi sekitar US$84 miliar pada kuartal yang berakhir 29 Desember 2018, dari perkiraan sebelumnya yakni sebesar US$89 miliar hingga US$93 miliar.

CEO Apple Tim Cook mengaitkan sebagian besar penurunan prospek dengan perjuangan perusahaan di China yang terdampak ekonomi dan meningkatnya ketegangan perdagangan negara itu dengan AS.

“Ada banyak ketidakpastian di depan sana. Pasar kemungkinan akan terjebak dalam tren penurunan selama beberapa pekan ke depan,” ujar Banny Lam, kepala riset di CEB International Investment Corp., seperti dilansir dari Bloomberg.

Ada isu-isu domestik tertentu yang mengganggu berbagai industri, mulai dari sistem penetapan harga pemerintah yang baru yang menekan produsen obat hingga kekhawatiran gejolak dalam harga minyak.

Para pengembang, sementara itu, menghadapi kenaikan biaya pendanaan pada saat sektor ini tampaknya menuju perlambatan yang berkepanjangan. Dan, seperti yang disoroti oleh Apple dalam proyeksi penurunan penjualan, konsumen China memperketat pengeluaran mereka.

Faktor-faktor teknis pun menunjukkan penurunan lebih lanjut, baik di Hong Kong dan daratan China. Indeks Hang Seng China Enterprises keluar dari rentang level perdagangan yang dihuni sejak Juni, sedangkan untuk Shanghai Composite tampaknya akan menjauhi level 2.500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper