Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tertekan, Yen Tambah Jaya

Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) lanjut melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (2/1/2019), seiring dengan menguatnya nilai tukar yen terhadap dolar AS di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan global.
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Selasa (9/10/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) lanjut melemah pada perdagangan siang ini, Rabu (2/1/2019), seiring dengan menguatnya nilai tukar yen terhadap dolar AS di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan global.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia melemah 0,14% atau 0,132 poin ke level 95,953 pada pukul 14.50 WIB.

Indeks dolar AS sempat bergerak di zona hijau dengan dibuka naik tipis 0,057 poin atau 0,06% di level 96,142, setelah pada perdagangan Selasa (1/1/2019) berakhir melandai 0,09% atau 0,088 poin di posisi 96,085.

Pada saat yang sama, kinerja nilai tukar yen siang ini terpantau menguat 0,37% atau 0,41 poin ke level 109,29 per dolar AS, setelah hanya berakhir stagnan di posisi 109,70 pada perdagangan Selasa (1/1).

Seperti diberitakan Reuters, nilai tukar mata uang safe haven seperti yen menguat terhadap dolar AS di tengah kekhawatiran seputar pertumbuhan global, penutupan layanan pemerintahan (government shutdown) di AS, dan laju kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve yang lebih lambat.

Yen telah menguat selama tiga pekan berturut-turut akibat tertekan minat investor yang lebih rendah terhadap aset berisiko.

“Masih sulit untuk menjadi sangat positif mengingat semua ketidakpastian. Mudah-mudahan, akan ada progres mengenai pembicaraan perdagangan [AS-China] tetapi pasar terkesan berhati-hati dan itu menguntungkan aset safe haven seperti yen,” kata Sim Moh Siong, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore.

Kekhawatiran atas perlambatan global terlihat meningkat hari ini pascarilis survei yang menunjukkan bahwa aktivitas pabrik China mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 19 bulan pada Desember 2018 karena pesanan domestik dan ekspor terus melemah.

Dengan kondisi bisnis yang diperkirakan akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik, China diperkirakan akan meluncurkan lebih banyak langkah dukungan dalam beberapa bulan mendatang setelah serangkaian inisiatif pada tahun 2018.

“Data ini menegaskan pandangan kami mengenai ekonomi yang lesu dan bahwa stimulus perlu datang dengan cepat,” kata analis di ING dalam risetnya.

ING memperkirakan pemerintah China akan meningkatkan pemberian investasi infrastruktur guna mendukung perekonomian, utamanya melalui proyek-proyek yang diatur oleh pemerintah daerah.

Sementara itu, meningkatnya suku bunga telah mendorong kinerja dolar AS yang lebih baik pada tahun 2018. Sepanjang tahun tersebut, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali, ditopang tingkat pengangguran yang rendah dan naiknya tekanan upah.

Namun, dolar AS telah berada di bawah tekanan dalam beberapa pekan terakhir karena investor semakin meresahkan perlambatan ekonomi AS dan pertumbuhan kinerja keuangan korporasi yang telah mencapai puncaknya.

Posisi indeks dolar AS                                                                        

2/1/2019

(Pk. 14.50 WIB)

95,953

(-0,14%)

1/1/2019

96,085

(-0,09%)

31/12/2018

 

96,173

(-0,24%)

28/12/2018

 

96,402

(-0,08%)

27/12/2018

96,481

(-0,59%)

Sumber: Bloomberg

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper