Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Koreksi, Saatnya Perbesar Alokasi Saham?

Bank Commonwealth menilai prospek investasi di Tanah Air pada kelas aset ekuitas masih menjadi pilihan yang terbaik untuk investasi reksa dana sepanjang bulan ini.
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan, di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan beraktivitas di dekat papan elektronik penunjuk Indeks Harga Saham Gabungan, di Jakarta, Selasa (27/2/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Commonwealth menilai prospek investasi di Tanah Air pada kelas aset ekuitas masih menjadi pilihan yang terbaik untuk investasi reksa dana sepanjang bulan ini.

Setelah mengalami reli yang cukup panjang, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya kembali terkoreksi cukup signifikan sejak Maret lalu. Penyebabnya adalah faktor eksternal terutama isu proteksionisme yang semakin nyata membuat pelaku pasar melakukan sell off pada aset ekuitas.

Dia menjelaskan, kebijakan AS untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% dan 10% serta menaikkan tarif impor produk dari China memberikan sentimen negatif pada pelaku pasar global.

Dengan ekonomi dunia yang sudah semakin terintegrasi salah satunya melalui perdagangan, risiko dari perang dagang ini dapat memberikan dampak yang nyata pada turunnya ekspor dan naiknya inflasi pada negara yang terlibat pada perang dagang tersebut.

Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth, menilai hal tersebut dapat berdampak positif. Sebagai negara yang tidak mengandalkan ekspor, memiliki risiko yang lebih kecil terjebak dalam risiko perang dagang tersebut.

"Dengan mempertimbangkan data-data tersebut dan kondisi IHSG serta koreksi yang terjadi, saat ini merupakan peluang untuk para nasabah meningkatkan porsi alokasi investasi di ekuitas," kata Ivan dalam keterangan pers, Senin (9/4/2018).

Di sisi lain, kata dia, data di dalam negeri saat ini menunjukkan impor Indonesia meningkat selama 2018, hal ini merupakan indikasi positif atas meningkatnya permintaan konsumsi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper