Ilustrasi Covid-19 varian Omicron/DW.com
Health

Studi Inggris Sebut Tak Ada Bukti Gejala Omicron Lebih Ringan dari Delta

Ni Luh Anggela
Senin, 20 Desember 2021 - 14:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Meskipun tanda-tanda awal dari gelombang Omicron pertama di Afrika Selatan memberikan indikasi bahwa gejala varian ini lebih ringan dibanding dengan varian-varian sebelumnya, data baru Inggris tidak mendukung temuan tersebut.

Tim Respons Covid-19 Imperial College, peneliti yang membuat permodelan real-time tentang penyebaran SARS-CoV-2 sejak awal pandemi, menemukan bahwa tidak ada bukti jika varian Omicron menghasilkan penyakit yang lebih ringan bila dibandingkan dengan varian SARS-CoV-2 sebelumnya.

"Kami tidak menemukan bukti, baik untuk risiko rawat inap dan status gejala, Omicron memiliki tingkat keparahan yang berbeda dari Delta, meskipun rawat inap masih sangat terbatas," kata para peneliti dalam laporan tersebut.

Sementara itu, mengonfirmasi hasil penelitian laboratorium Oxford yang menunjukkan dua dosis vaksin tidak cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi Omicron, data terbaru menunjukkan bahwa varian tersebut secara signifikan menghindari kekebalan yang dihasilkan oleh vaksin dan infeksi sebelumnya.

Melacak sekitar dua minggu data kasus di Inggris, dilansir dari New Atlas pada Senin (20/12/2021), laporan itu memperkirakan Omicron memiliki risiko 5,4 kali lipat lebih tinggi untuk menginfeksi ulang mereka yang sebelumnya tertular virus dibandingkan dengan tingkat infeksi ulang varian Delta.

Di sisi lain, melihat efektivitas vaksin, laporan tersebut memperkirakan dua dosis vaksin menawarkan perlindungan antara nol hingga 20 persen dari infeksi Omicron yang bergejala.

Salah satu penulis laporan Neil Ferguson kemudian mengatakan, studi ini memberikan bukti lanjutan tentang sejauh mana Omicron dapat menghindari kekebalan yang diberikan oleh infeksi sebelumnya atau vaksinasi.

"Tingkat penghindaran kekebalan ini berarti, Omicron menimbulkan ancaman yang besar dan cepat bagi kesehatan masyarakat," kata Ferguson.

Kini, tantangan besar yang dihadapi para peneliti pun ada pada memastikan tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh Omicron--bahwa varian ini muncul dengan tingkat kekebalan populasi yang berbeda secara fundamental dibandingkan dengan varian sebelumnya.

Di lain sisi, makalah yang ditulis oleh pakar penyakit menular Roby Bhattacharyya dan William Hanage menyebut bahwa karena infeksi sebelumnya dan seiring tingginya tingkat vaksinasi, kemungkinan tingkat keparahan Omicron akan diremehkan secara sistemik.

Sementara, adapun penyebab IFR (tingkat kematian infeksi) lebih rendah pada minggu-minggu awal gelombang Omicron di Afrika Selatan, kemungkinan besar dipengaruhi oleh peningkatan kekebalan di antara mereka yang terinfeksi; lebih banyak waktu dan perbandingan yang cermat untuk mengontrol usia, kekebalan sebelumnya, bias deteksi, periode jeda, dan kapasitas rumah sakit.

"Intuisi kolektif kami tentang bagaimana IFR tingkat populasi berhubungan dengan keparahan intrinsik suatu varian perlu dikalibrasi ulang dari waktu ke waktu saat kekebalan bertambah dan jauh lebih banyak lagi dengan varian yang menghindari kekebalan seperti Omicron," tulis Bhattacharyya dan Hanage.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro