Ilustrasi vaksin Covid-19./Antara
Health

Pentingnya Vaksin, Ini Bedanya Kondisi Positif Covid-19 Sudah Divaksin dan Tidak

Ni Luh Anggela
Selasa, 3 Agustus 2021 - 12:37
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Vaksin Covid tidak 100 persen mencegah seseorang dari terinfeksi covid-19, tetapi vaksin menekan keparahan gejala, sehingga tidak sesakit orang positif covid-19 tanpa suntik vaksin.

Seorang profesor klinis di Sekolah Farmasi Universitas Temple di Philadelphia dan spesialis farmasi klinis dalam penyakit menular, Dr Jason Gallagher mengatakan, ada dua alasan mengapa kita masih melihat kasus Covid-19 pada orang yang divaksinasi, melansir Healthline, Selasa (3/8/2021).
 
Pertama, jika vaksin bekerja untuk 90 hingga 95 persen orang, itu berarti tidak bekerja untuk 5 hingga 10 persen dari mereka. Tingkat keefektifan itu akan memadamkan virus yang menyebar jika cukup banyak orang yang divaksinasi.
 
Alasan kedua lebih rumit menurut dr Jason. Menurutnya, vaksin lebih efektif dalam memblokir penyakit daripada memblokir infeksi. Infeksi bisa ringan atau tanpa gejala, dan orang mungkin tidak tahu bahwa mereka memilikinya. Tetapi jika Anda mencari, Anda akan menemukannya pada orang yang terinfeksi.
 
“Vaksin sebagian besar melindungi orang dari penyakit, bukan infeksi,” kata dr Jason.
 
Setiap vaksinasi memberikan setidaknya beberapa tingkat perlindungan. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), orang dewasa yang divaksinasi lengkap berusia 65 dan lebih tua memiliki kemungkinan 94 persen lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit karena Covid-19 daripada orang yang tidak divaksinasi. Orang yang divaksinasi sebagian memiliki kemungkinan 64 persen lebih kecil untuk dirawat di rumah sakit.
 
Salah satu pendiri dan kepala petugas medis dari praktik berbasis telemedicine TeleMed2U, Dr. Javeed Siddiqui mengatakan, orang yang divaksinasi penuh atau sebagian memiliki viral load rata-rata 40 persen lebih rendah daripada yang tidak divaksinasi, risiko demam 58 persen lebih rendah, dan penyakit yang lebih pendek, 6 (lebih sedikit) hari gejala, dan 2 (lebih sedikit) hari dihabiskan di rumah sakit.
 
“Kemanjuran vaksin terhadap penyakit simtomatik dan parah diasumsikan 52 persen, 14 hari setelah dosis pertama, dan 95 persen 1 minggu setelah dosis kedua.” kata dr Javeed.
 
Dr Javeed mengatakan angka tersebut tidak berbohong. Orang yang divaksinasi hampir tidak sakit dan mereka tetap hidup.
 
Meskipun masih mungkin bagi individu yang divaksinasi untuk dites positif Covid-19, vaksinnya hampir sempurna untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, atau kematian.
 
“Sebagian besar individu yang divaksinasi yang kebetulan dites positif Covid-19 dapat mengharapkannya tanpa gejala atau hanya mengalami gejala ringan.” katanya Dr. Matthew Weissenbach, direktur senior urusan klinis di Wolters Kluwer Health yang berbasis di Philadelphia,  kepada Healthline.
 
Faktor besar lainnya dalam lonjakan angka kasus Covid-19 adalah mutasi.
 
“Dengan varian delta, yang menjadi dominan di seluruh dunia karena lebih menular, vaksin memiliki sekitar 65 persen kemanjuran, dibandingkan 95 persen untuk jenis asli,” Dr. William Lang, direktur medis World Clinic dan mantan direktur Unit Medis Gedung Putih.
 
Dia menjelaskan, ini tidak berarti bahwa 35 persen orang yang divaksinasi akan terinfeksi. Artinya, risiko terkena infeksi simtomatik berkurang 65 persen, dibandingkan dengan seseorang yang tidak divaksinasi.
 
"Mungkin yang lebih penting, ini mengurangi hampir 100 persen kemungkinan rawat inap di ICU atau kematian." katanya.
 
Lang mengatakan ada tiga tingkat perlindungan dari vaksin yakni melindungi terhadap infeksi apa pun yang sulit ditentukan, melindungi terhadap infeksi simtomatik dan melindungi terhadap hasil yang buruk bahkan jika gejala berkembang, yang katanya adalah apa yang dilakukan vaksin utama (“tidak sempurna, tapi dekat,” kata Lang.)
 
“Vaksinasi tidak pernah sempurna, apa pun vaksinasinya,” kata Lang kepada Healthline. “Dengan porsi rawat inap yang begitu kecil, mungkin sebagian besar memang memiliki masalah kesehatan lain yang menurunkan kekebalan atau meningkatkan kerentanan.”
 
“Satu-satunya cara untuk menghentikan pandemi adalah dengan melakukan vaksinasi secara besar-besaran dan cepat,” kata Dr. Christina Zhang, salah satu pendiri dan direktur medis MiDoctor Urgent Care di New York City.

Menurutnya, setiap orang yang tidak divaksinasi adalah inang potensial bagi virus Covid-19 untuk menggandakan dan bermutasi.

Dia  juga menyatakan vaksin aman, dengan efek samping yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan infeksi Covid. Apa yang saya amati di rumah sakit hanyalah puncak gunung es. Pasien sekarat atau menjadi cacat permanen, tidak hanya karena infeksi Covid tetapi juga dari komplikasi penyakit. Orang-orang mengalami stroke, serangan jantung, pembekuan darah, kelelahan ekstrem, dan kesulitan bernapas berbulan-bulan setelah mengembangkan Covid.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro