Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Dilanda Banjir Bandang, 110.000 Warga Terpaksa Dievakuasi

Banjir bandang melanda China tepatnya di provinsi Guandong. Sebanyak 110.000 warga pun segera dievakuasi tim penyelamat.
Tim penyelamat mengevakuasi warga yang terdampar di Shaoguan, Guangdong. Dok Xinhua/BBC
Tim penyelamat mengevakuasi warga yang terdampar di Shaoguan, Guangdong. Dok Xinhua/BBC

Bisnis.com, JAKARTA - Banjir bandang melanda China tepatnya di provinsi terpadat, yakni Guandong, China Selatan. 110.000 warga pun segera dievakuasi oleh pihak yang berwenang ke tempat yang lebih aman.

Dikutip dari BBC, Selasa (23/4/2024), tercatat 110.000 orang telah dievakuasi dari rumah mereka yang terendam oleh banjir besar. Menurut laporan media pemerintah, empat orang tewas dan 10 orang hilang dalam bencana tersebut.

Banjir besar di China disebabkan karena hujan lebat mengguyur provinsi tersebut selama berhari-hari sehingga beberapa sungai besar di provinsi tersebut meluap.

Terdapat rekaman video di media pemerintah dan online, terlihat para penyelamat sedang mengevakuasi warga yang terjebak banjir setinggi pinggang di rumahnya dengan menggunakan sekoci.

Pada Senin pagi (22/4/2024), pihak berwenang memperingatkan ketinggian banjir di utara Guangdong bisa mencapai puncaknya yang terjadi sekali dalam 100 tahun. Selain itu, pihak berwenang juga terus memantau ketinggian air pada banjir tersebut dengan cermat.

Seperti diketahui, sebagian besar wilayah Guangdong rentan terhadap banjir yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut serta gelombang badai karena wilayah ini termasuk bagian dataran rendah delta Sungai Mutiara.

Di delta tersebut menjadi basis manufaktur utama dan wilayah terpadat di China, terdapat sekitar 127 juta orang yang tinggal di Prov. Guangdong.

Kota Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, beserta kota-kota kecil Shaoguan dan Heyuan merupakan wilayah yang paling parah terkena dampak banjir. 

Di seluruh provinsi, sekitar 1,16 juta rumah tangga akses listrik mereka terputus, tetapi pada Minggu malam (21/4/2024), sebanyak 80% listrik mereka sudah kembali pulih.

Menurut laporan kantor berita China Xinhua, setidaknya tercatat 110.000 orang telah dievakuasi dan sekitar 25.800 orang berada di tempat pengungsian.

Hujan lebat yang terjadi di Provinsi Guangdong membuat aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Baiyun terganggu dan pemerintah setempat juga memerintahkan untuk menutup sekolah-sekolah di tiga kota.

Lusinan rumah di provinsi tersebut rusak parah, pihak berwenang menyampaikan total kerugian ekonomi akibat bencana banjir tersebut hampir mencapai 140,6 juta yuan atau sekitar US$19,8 juta.

Rekaman video yang dibagikan secara online memperlihatkan tembok dan jembatan runtuh akibat aliran air yang deras menghantam bangunan tersebut.

Seorang pengguna Weibo menceritakan keluarganya dengan segera memindahkan furnitur ke lantai atas rumah dan banjir telah merendam setengah lantai pertama rumahnya. Dia juga menyampaikan bahwa dirinya tidak berdaya jika banjir sampai merendam lantai dua rumahnya.

“Hujan deras telah membanjiri separuh lantai pertama rumah kami,” tulis pengguna di Weibo pada Minggu malam (21/4/2024), dikutip dari BBC.

Pengguna lain Weibo juga menceritakan dirinya saat sedang perjalanan pulang hujan lebatmengguyur jalan raya dan terlihat seperti air terjun, hujan tersebut berlangsung selama satu setengah jam sehingga dirinya tidak bisa melihat jalan.

“Saya tidak bisa melihat jalan sama sekali,” tulis pengguna lain di Weibo.

Otoritas meteorologi China sudah memberikan peringatan hujan lebat akan terus berlangsung kemungkinan hingga Selasa (23/4/2024), di Provinsi Guangdong serta wilayah pesisir Fujian.

Diperkirakan hujan dengan tingkat sedang hingga lebat akan terjadi di wilayah lain, seperti Beijing, Tianjin, dan Hebei.

Ibu kota China, Beijing, serta provinsi lainnya, termasuk Hebei pernah dilanda banjir akibat hujan lebat serta angin topan yang berasal dari Samudra Pasifik menghantam wilayah tersebut pada bulan Juli lalu. Saat itu, ibu kota China, Beijing dilanda curah hujan terberat dalam 140 tahun terakhir. (Ahmadi Yahya) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper