Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Ekspor dan Impor China Cetak Rekor, Tembus US$1,43 Triliun

Total nilai impor dan ekspor barang China naik 5% secara tahunan (year on year/yoy) dalam mata uang yuan pada kuartal I/2024
Jessica Gabriela Soehandoko,Pandu Gumilar
Sabtu, 13 April 2024 | 11:44
Presiden China Xi Jinping dan Presiden terpilih Indoensia Prabowo Subianto berjabat tangan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 1 April 2024./Reuters/China Daily
Presiden China Xi Jinping dan Presiden terpilih Indoensia Prabowo Subianto berjabat tangan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 1 April 2024./Reuters/China Daily

Bisnis.com, JAKARTA - Total nilai impor dan ekspor barang China naik 5% secara tahunan (year on year/yoy) dalam mata uang yuan pada kuartal I/2024, mencetak rekor baru baik dalam skala maupun tingkat pertumbuhan, ungkap data resmi pada Jumat (12/4).

Dikutip dari Antara, pada Januari hingga Maret 2024, perdagangan luar negeri China mencapai 10,17 triliun yuan atau sekitar US$1,43 triliun, menurut Administrasi Umum Kepabeanan (General Administration of Customs/GAC) China.

Nilai ekspor dari negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu naik 4,9% (yoy) menjadi 5,74 triliun yuan, sementara impor naik 5% (yoy) menjadi 4,43 triliun yuan, ungkap data tersebut.

Secara historis, untuk pertama kalinya, skala perdagangan luar negeri China melampaui 10 triliun yuan pada periode yang sama, sementara tingkat pertumbuhan mencapai level tertinggi dalam enam kuartal terakhir, kata Wakil Direktur GAC Wang Lingjun dalam sebuah konferensi pers.

Di lain sisi, Fitch memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,5% pada 2024 dari 5,2% pada tahun lalu. Proyeksi ini berbeda dengan Citi dan Dana Moneter Internasional (IMF) yang merevisi ke atas proyeksi China.

Kemudian, produksi pabrik dan penjualan ritel China pada Januari-Februari 2024 telah melampaui perkiraan. Data ekspor dan inflasi konsumen juga lebih baik dari ekspektasi, sehingga memberikan dorongan awal bagi China untuk mencapai target produk domestik bruto (PDB) sebesar 5% pada 2024, yang dinilai ambisius oleh para analis.

“Revisi prospek tersebut mencerminkan peningkatan risiko terhadap prospek keuangan publik China karena negara tersebut menghadapi ketidakpastian prospek ekonomi di tengah transisi dari pertumbuhan yang bergantung pada properti ke apa yang pemerintah pandang sebagai model pertumbuhan yang lebih berkelanjutan,” jelas Fitch, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (10/4/2024).

Setelah pengumuman tersebut, pihak Kementerian Keuangan China menyesali keputusan dari lembaga pemeringkat tersebut.

Adapun pada Desember 2023, Moody’s juga memberikan peringatan penurunan peringkat kredit China, dengan mengutip biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk menalangi pemerintah lokal dan perusahaan-perusahaan negara dan mengendalikan krisis propertinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper