Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putin Berpeluang Jadi Presiden Terlama Rusia, Salip Josef Stalin di Era Uni Soviet

Vladimir Putin berpeluang menjadi presiden terlama di Rusia jika memenangi Pilpres 2024.
Putin Berpeluang Jadi Presiden Terlama Rusia, Salip Josef Stalin di Era Uni Soviet. Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS
Putin Berpeluang Jadi Presiden Terlama Rusia, Salip Josef Stalin di Era Uni Soviet. Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Vladimir Putin berpeluang menjadi presiden terlama di Rusia jika memenangi Pilpres 2024. Dia berpeluang memecahkan rekor Josef Stalin yang saat itu memimpin Uni Soviet sebelum terpecah menjadi beberapa negara, salah satunya Rusia.

Pasalnya, Putin sejauh ini unggul dengan perolehan suara dalam pemilihan presiden (Pilpres) Rusia 2024 sebesar 87,8%. Hasil tersebut mengalahkan kandidat lainnya. 

Josef Stalin memimpin Uni Soviet selama kurang lebih 29 tahun, dari tahun 1922 sampai 1952. Sedangkan Putin, semenjak konstitusi Rusia diubah, maka dia bisa mencalonkan diri lagi sebagai presiden untuk dua periode mendatang, hingga 2036.

Dia pernah menjabat sebagai Presiden Rusia dari 1999 sampai 2008. Putin kembali menjadi Presiden Rusia sejak 7 Mei 2012 hingga saat ini. 

Jika Putin menang di Pilpres 2024 dan mencalonkan kembali di 2030 dan menjabat hingga 2036, maka total masa jabatan Putin sebagai Presiden Rusia yakni 32 tahun. 

Melansir Reuters, dia akan menjadi pemimpin terlama Rusia selama lebih dari 200 tahun jika dia menyelesaikan masa jabatannya sebagai Presiden. 

Menurut jajak pendapat, yang dilakukan oleh lembaga Public Opinion Foundation (FOM), Putin meraih 87,8% suara, dan ini menjadi hasil tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Soviet. Pusat Penelitian Opini Publik Rusia (VCIOM) menempatkan Putin pada 87%. 

Hasil resmi pertama menunjukkan bahwa jajak pendapat tersebut akurat. Sedangkan, Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris dan negara-negara lain mengatakan pemungutan suara tersebut tidak bebas dan tidak adil karena pemenjaraan lawan politik. 

Adapun hasil tersebut memperkuat cengkeraman kekuasaannya dalam kemenangan yang menurutnya menunjukkan bahwa Moskow benar dalam menentang Barat dan mengirimkan pasukan ke Ukraina.

Meskipun terpilihnya kembali Putin tidak diragukan lagi, mengingat kekuasaannya atas Rusia dan tidak adanya penantang nyata, dia ingin menunjukkan bahwa dia mendapat dukungan besar dari rakyat Rusia.

Pejabat pemilu Rusia menyatakan bahwa tingkat partisipasi pemilih secara nasional adalah 74,22% pada pukul 18.00 GMT ketika pemungutan suara ditutup. Hasil tersebut melampaui tahun 2018 sebesar 67,5%.

Putin menegaskan bahwa hasil pemilu tersebut harus memberikan pesan kepada Barat bahwa para pemimpinnya harus memperhitungkan keberanian Rusia, baik dalam perang atau damai, untuk menghadapi lebih banyak hal lain di tahun yang akan datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper