Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Ma'ruf Amin Beri Bocoran Jadwal Ramadan 2024: Bisa Senin atau Selasa

Wapres Ma'ruf Amin berkomentar soal potensi perbedaan jadwal Ramadan antara Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah.
Wakil Presiden Maruf Amin saat mengisi diskusi ekonomi dan perbankan syariah di era new normal / Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin saat mengisi diskusi ekonomi dan perbankan syariah di era new normal / Setwapres

Bisnis.com, TANGERANG – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengaku merupakan hal lumrah apabila ada potensi perbedaan jadwal puasa Ramadan 2024 versi Nahdlatul Ulama (NU), pemerintah dan Muhammadiyah.

Hal ini disampaikannya saat memberikan keterangan pers usai membuka Festival Kemandirian BLK Komunitas Tahun 2024 di Pondok Pesantren Daarul Archam Desa Tanjakan Rajeg Kabupaten Tangerang, Kamis (7/3/2024). 

Orang nomor dua di Indonesia itu mengatakan bahwa puasa Ramadhan 2024/1445 Hijriah di Indonesia memang berpotenso memiliki beberapa versi, yaitu menurut pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

Apalagi, kata Ma’ruf baik pemerintah, NU ataupun Muhammadiyah sama-sama memiliki metode pengatan hilal yang berbeda. Inilah yang membuat jatuhnya awal puasa Ramadan bisa berbeda-beda.

“Perbedaan ramadhan saya kira itu sudah biasa, setiap ada tinggi khilal di bawah 2 derajat, pasti ada perbedaan,” ucapnya kepada wartawan.

Dia menjelaskan bahwa pada pemantauan Hilal (rukyatulhilal) awal Ramadhan pada 10 Maret 2024 pemerintah, NU, dan sejumlah organisasi masyarakat (ormas) islam menganggap bahwa puasa akan dimulai ketika tinggi khilal bisa di rukyah 

Namun, Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia itu menekankan untuk Muhammadiah biasanya cukup saat hilal asal wujud atau terlihat saja. Ma’ruf mengamini bahwa standar untuk menyamakan kriteria ini memang belum ditemui titik tengahnya.

“Untuk menyamakan kriteria ini kan belum ketemu, oleh karena itu sikap yang kita harus bangun adalah saling pengertian, legowo, untuk bisa berbeda. Dan itu sudah lama kita berbeda, jadi masing-masing saja. Kalau mungkin besok Muhammadiah puasa Senin, mungkin pemerintah Selasa, ya silahkan Senin atau Selasa,” katanya.

Bahkan, Wapres Ke-13 RI itu sempat berkelakar agar masyarakat justru tidak memanfaatkan perbedaan waktu berpuasa. Misalnya, memulai Ramadan lebih akhir, tetapi merayakan Lebaran pada waktu lebih awal.

“Pokoknya yang [puasa] ikut pemerintah, [lebaran] ikut pemerintah. Jangan waktu puasa ikut pemerintah karena [mulainya] lebih belakang, giliran lebaran ikut yang lebih duluan, itu baru tidak betul,” pungkas Ma’ruf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper