Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Ramadan, Delegasi Hamas dan Israel Akan Bertemu di Mesir

Delegasi Hamas akan menanggapi kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel, yang sebelumnya diusulkan oleh mediator, dalam beberapa jam mendatang.
Hamas adalah organisasi Islam Palestina dengan sayap militer Izz ad-Din al-Qassam di wilayah Palestina./Istimewa
Hamas adalah organisasi Islam Palestina dengan sayap militer Izz ad-Din al-Qassam di wilayah Palestina./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Delegasi Hamas akan menanggapi kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel, yang sebelumnya diusulkan oleh mediator, dalam beberapa jam mendatang. 

Saluran Al-Arabiya melaporkan bahwa delegasi Hamas akan bertemu dengan mediator di Mesir untuk menyiapkan daftar sandera yang diperkirakan akan dibebaskan.

Melansir TASS, seperti diberitakan sebelumnya, perwakilan Hamas dan Israel akan tiba di Ibu Kota Mesir untuk melanjutkan pembicaraan multilateral pada 3 Maret 2024.

Pembicaraan itu dilakukan guna mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menentukan parameter perjanjian pertukaran sandera dengan tahanan Palestina.

Adapun pertemuan itu dilaksanakan setelah Hamas mengancam akan menunda pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera bagi tahanan Palestina.

Peringatan Hamas itu akan berlaku jika insiden penembakan Israel terhadap warga sipil Gaza yang menunggu bantuan kemanusiaan pada Kamis lalu, terulang kembali. 

Pada saat yang sama, Hamas memberi tahu para mediator bahwa pihaknya akan mengirimkan perjanjian gencatan senjata final versi mereka pekan depan, jika perkembangannya positif.

Seperti diketahui, krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk saat perang antara Israel dan Hamas memasuki bulan keenam. 

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bantuan yang mengalir ke Gaza turun setengahnya pada Februari dibandingkan Januari, imbas terjadi kesulitan di penyeberangan untuk melintasi perbatasan ke wilayah tersebut. 

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza menyatakan bahwa lebih dari 30.000 orang telah terbunuh sejak perang dimulai, pada 7 Oktober 2023 lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper