Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lockdown Dicabut, AS Khawatir Kasus Covid-19 di China Tak Terkendali

Amerika Serikat mulai mengkhawatirkan perkembangan kasus Covid-19 yang tidak terkendali di China.
Pemerintah Kota Beijing mendorong perusahaan untuk merekrut lebih banyak kurir sembari memperluas daftar putih kurir dari 5.000 menjadi 40.000 orang selama dua pekan terakhir, di tengah upaya pengendalian Covid-19 di China./Antara
Pemerintah Kota Beijing mendorong perusahaan untuk merekrut lebih banyak kurir sembari memperluas daftar putih kurir dari 5.000 menjadi 40.000 orang selama dua pekan terakhir, di tengah upaya pengendalian Covid-19 di China./Antara
Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat mulai mengkhawatirkan perkembangan kasus Covid-19 yang tidak terkendali di China sejak dicabutnya pemberlakuan pembatasan pada Rabu (7/12/2022). 
 
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price mengatakan bahwa penanganan yang tidak terkendali itu dikhawatirkan dapat menyebabkan munculnya mutasi baru virus Covid-19. 
 
"Mengenai wabah saat ini di China, kami ingin melihat hal itu ditangani. Virus itu berpotensi untuk bermutasi dan menimbulkan ancaman bagi orang di mana pun," ujar Price dikutip dari Bloomberg, Selasa (20/12/2022). 
 
Price menyampaikan bahwa pihaknya berharap agar pemerintah China dapat segera mengatasi wabah Covid-19 yang kini tengah menjadi perhatian global. Menurut Price, perkembangan kasus Covid-19 di negara tersebut tentu akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang ada di China. 
 
"Korban virus menjadi perhatian seluruh dunia, mengingat besarnya produk domestik bruto (PDB) China," kata Price. 
 
Adapun, China kembali melaporkan dua kematian akibat Covid-19 pada Senin (19/12/2022). Kasus tersebut menjadi kasus kematian pertama yang dilaporkan oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC) sejak 3 Desember 2022 lalu atau beberapa hari sebelum dicabutnya sistem lockdown di negara tirai bambu itu. 
 
Sejumlah ahli mengatakan, jumlah kematian akibat Covid-19 di China diperkirakan akan meningkat hingga di atas 1,5 juta kasus dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini lantaran China menjadi salah satu yang memiliki tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah, terutama di kelompok lanjut usia (lansia).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper