Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

P2G Minta Pemerintah Terapkan PTM 100 Persen di PPKM Level 1

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) berharap pemerintah layak mempertimbangkan segera memulai PTM 100 persen secara bertahap untuk wilayah di PPKM Level 1.
Sejumlah siswa kelas satu mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di SD Negeri 060884, Medan Petisah, Medan, Sumatra Utara, Rabu (24/11/2021). Pemerintah Kota Medan mulai menerapkan PTM terbatas tingkat Sekolah Dasar untuk kelas 1-3 dengan membatasi jumlah siswa maksimal delapan anak dan durasi belajar selama dua jam untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.
Sejumlah siswa kelas satu mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di SD Negeri 060884, Medan Petisah, Medan, Sumatra Utara, Rabu (24/11/2021). Pemerintah Kota Medan mulai menerapkan PTM terbatas tingkat Sekolah Dasar untuk kelas 1-3 dengan membatasi jumlah siswa maksimal delapan anak dan durasi belajar selama dua jam untuk mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekolah. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.

Bisnis.com, JAKARTA - Merespon perkembangan kasus sebaran Covid-19 terbaru, ada tren penurunan kasus termasuk positivity rate (PR) yang kini sudah menyentuh sekitar 7-8 persen.

Jika konsisten penurunan kasus dan PR menyentuh 5 persen, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) berharap pemerintah layak mempertimbangkan segera memulai PTM 100 persen secara bertahap untuk wilayah di PPKM Level 1.

Kriteria berikutnya sekolah dapat PTM 100 persen adalah jika daerah sudah masuk PPKM level 1, sedangkan PPKM Level 2 sebaiknya tetap PTM terbatas 50 persen.

"Mengamati kondisi terbaru, P2G mendorong Pemerintah pertimbangkan memulai sekolah PTM 100 persenbertahap, tentu berdasarkan kajian epidemiologis dan data mutakhir," menurut Satriwan Salim, Koordinator Nasional P2G dalam rilisnya, dikutip Jumat (18/3/2022).

P2G meminta pemerintah dan pemda memperhitungkan, memetakan perkembangan kasus Covid setidaknya 2 minggu ke depan, sampai awal April.

Termasuk mengamati tren kasus Covid-19 secara global, sebab cukup mencemaskan juga varian Delta-Omicron dan kasus ledakan kasus terbaru di Cina.

Karena saling terkoneksi, misalnya dengan tingkat perjalanan wisata dari mancanegara ke Indonesia yang sudah dipermudah aturannya.

Terpenting juga adalah jika (PR) sudah menyentuh angka 5 persen. P2G mendukung sekolah dibuka PTM 100 persen. Angka PR 5 persen jelas berdasarkan rekomendasi WHO selama ini. Minggu terakhir, PR secara nasional sudah menyentuh 7-8%, tentu fakta tersebut menjadi perkembangan yang baik.

P2G mengakui semangat dan dorongan dari orang tua termasuk siswa dan guru untuk segera mulai PTM 100 persenmakin kencang. Sejak tahun ajaran 2021/2022, kebijakan PTM kan sering gonta-ganti: Mulai PJJ 100%, lalu PTM 50 persen, bahkan PTM 25 persen.

"Gonta-ganti skema pembelajaran kami lihat sangat berdampak terhadap psikologis siswa termasuk motivasi belajar siswa. Sementara itu, kita harus akui ancaman learning loss sudah kita rasakan selama pandemi," lanjut Satriwan.

Guru di Jakarta ini menguraikan, bahwa anak-anak SD kelas rendah yang paling terdampak dari learning loss. Misal terkait keterampilan dasar membaca dan menghitung mereka yang makin tertinggal.

P2G meminta agar sekolah, guru, orang tua, dan siswa tetap konsisten membiasakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) ketika masuk 100 persen dimulai nanti. Gerakan 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, dan Menjaga jarak) adalah kebiasaan yang wajib ditaati dalam PTM 100 persen nanti. Jangan sampai berpikir bahwa Covid-19 sudah normal, kita sudah sehat, sehingga tak lagi patuh terhadap Gerakan 3M.

Satriwan menambahkan, "Perlu disadari betul, 3M dijadikan AKB, ini kunci PTM yang sehat dan aman. Jika tidak, sekolah akan terus PJJ, orang tua dan guru pasti ga mau."

Aspek yang juga urgen, ketika PTM 100 persen dimulai yaitu mendesaknya membangun ikatan (bonding) antara siswa dengan guru (warga sekolah) dan siswa dengan siswa.

Evaluasi P2G selama 2 tahun PJJ, sekolah dan guru menghadapi kendala yang cukup besar, kaitannya dengan membangun ikatan emosional dengan siswa.

Apalagi siswa baru kls 1-2 SD lalu 7-8 SMP, dan 10-11 SMA, mereka belum terlalu mengenal lingkungan belajar sekolah, sebab selama ini lingkungan belajarnya adalah rumah dan komputer (ruang maya) bukan ruang nyata.

"Ikatan emosional guru-siswa, siswa-siswa tidak terbangun selama ini, bahkan masih ada siswa dan guru atau siswa dengan siswa yang belum kenal satu sama lain, kan ironis," cetus guru SMA Labshcool ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Edi Suwiknyo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper