Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Fakta Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkap 4 fakta dan daya terkait gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito / www.covid19.go.id
Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito / www.covid19.go.id

Bisnis.com, JAKARTA -- JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan empat fakta dan data terkini serta kondisi gelombang ketiga pandemi Covid-19 di Indonesia yang dipicu varian Omicron

"Dalam menghadapi kondisi saat ini yang cukup genting, perlu adanya penguatan garda agar jumlah kasus tidak semakin banyak dan berbuntut kepada efek lainnya seperti meningkatkan angka rawat inap maupun kematian," katanya, dikutip dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (9/2/2022).

Lebih lanjut, Wiku memaparkan kondisi terkini Covid-19 di Indonesia, di mana terdapat empat fakta dan data terkini di lapangan yang harus di cermati.

Pertama, angka reproduction rate seluruh Pulau di Indonesia per minggu ini. Seluruhnya sudah berada di atas angka 1 (1,02-1,12) yang artinya penularan masih ada dan terjadi di komunitas dengan pola penambahan kasus berlipat atau eksponensial. Angka ini perlu diamati selama 2 minggu kedepan.

"Sebelum bisa menjustifikasi dengan objektif, bahwa secara kondisi penularan cukup mengkhawatirkan sebagai dasar penyesuaian kebijakan," ujarnya.

Kedua, Wiku mengungkapkan banyaknya kasus harian di beberapa daerah yaitu Banten, DKI Jakarta, dan Bali bahkan melampaui pola kenaikan pada periode gelombang kedua yang dipicu varian Delta. Hal ini berpotensi memunculkan gelombang kasus baru di Indonesia.

Ketiga, dia memaparkan terjadi tren kenaikan rawat inap di rumah sakit secara konsisten sejak 21 Januari 2022. Jika tidak segera diantisipasi, maka dapat menyebabkan peningkatan keterisian rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.

Keempat, persentase penyumbang kematian terbanyak orang dengan usia lanjut, pengidap komorbid, dan orang yang belum divaksinasi.

"Jika angka kematian terus memuncak maka berpeluang menyebabkan peningkatan kebutuhan alat, material, dan obat-obatan Covid-19 dalam jumlah besar," ucapnya. 

Menimbang kondisi yang terjadi saat ini di lapangan, dia menilai perlu adanya evaluasi dan peningkatkan implementasi di masyarakat. 

Pertama, disiplin menjalankan protokol kesehatan dan secara sukarela melengkapkan dosis vaksinasi. Hal ini penting dipahami, karena orang yang patuh protokol kesehatan masih bisa terkena. Untuk itu perlunya mengevaluasi kedisiplinan secara kolektif termasuk melengkapinya dengan vaksinasi untuk bisa saling menjaga.

Khususnya terkait efektivitas vaksinasi, merujuk dari Studi Buchan dkk, di Ontario Kanada menuliskan bahwa kekebalan terhadap Covid-19 pada individu akan makin tinggi seiring dosis vaksinasi yang diterima, bahkan lebih tinggi 25 persen terhadap varian Omicron setelah mendapatkan booster dosis ketiga.

 

Kedua, Proaktif melakukan testing. Hal ini dikarenakan sekalipun tak bergejala, kasus positif masih bisa menularkan. Dengan testing, maka seseorang hanya bisa secara valid dinyatakan terpapar. Dan sudah seharusnya seseorang harus memiliki kesadaran tinggi terhadap aktivitas yang dilakukannya.

Seperti, orang yang pasca berkontak erat dengan kasus positif atau habis melakukan perjalanan sudah seharusnya secara sukarela melakukan testing untuk memastikan, termasuk orang-orang yang sudah merasakan gejala mirip Covid-19.

Dia menilai masyarakat juga harus membatasi mobilitas terutama yang tidak mendesak serta menjauhi aktivitas di area kerumunan/ramai. Perlu diingat bahwa semakin jauh kita berpindah tempat maka semakin besar peluang bertemu banyak orang. Begitu juga ketika beraktivitas di tempat ramai.

Oleh karena itu, di masa penularan kasus yang tinggi ini, Wiku mengingatkan masyarakat untuk membiasakan diri mempertimbangkan dan menilai risiko penularan sebelum beraktivitas.

"Lakukan skrining kesehatan termasuk menggunakan PeduliLindungi sebelum memasuki fasilitas publik. Hal ini penting mengingat fasilitas publik cenderung padat dengan orang dengan beragam riwayat aktivitas dan perjalanan," imbuhnya.  

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menghimbau untuk tidak memperbolehkan orang yang sudah jelas bergejala memasuki fasilitas publik. Bahkan bagi yang terlanjur masuk, harus segera diisolasi di tempat terpisah (emergency room).

"Dengan demikian, mencegah penularan di dalam fasilitas publik, maka harus dipastikan seluruh orang yang bisa masuk ialah orang yang benar-benar sehat," kata Wiku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper