Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adanya Batas Atas, Biaya Rapid Test Kian Terjangkau, tetapi …

YLKI: Penetapan batas tarif atas rapid test tidak menyelesaikan masalah akurasi diagnosis Covid-19 di tengah masyarakat.
Salah satu peserta memperlihatkan surat keterangan hasil tes cepat (rapid test) sebelum mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/7/2020)./ANTARA FOTO/Moch Asim
Salah satu peserta memperlihatkan surat keterangan hasil tes cepat (rapid test) sebelum mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer di Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Jawa Timur, Minggu (5/7/2020)./ANTARA FOTO/Moch Asim

Bisnis.com, JAKARTA — Penetapan batas atas tarif rapid test yang ditetapkan Kementerian Kesehatan dinilai bisa memberi kesempatan bagi masyarakat untuk memperoleh layanan uji cepat dengan harga yang lebih terjangkau.

Meski demikian, pemerintah diharapkan dapat mendorong penegakan diagnosis Covid-19 dengan mengacu pada pengujian yang lebih akurat.

"Dengan batas atas ini, masyarakat berpotensi mendapatkan layanan tes yang lebih murah dan tahu berapa harga maksimal yang memang seharusnya mereka bayarkan," kata Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional Ardiansyah Parman saat dihubungi Bisnis, Rabu (8/7/2020).

Sementara itu, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bahwa penetapan batas tarif atas rapid test tidak menyelesaikan masalah akurasi diagnosis Covid-19 di tengah masyarakat.

Menurut Peneliti YLKI Natalya Kurniawati, alih-alih menetapkan tarif maksimal, pemerintan seharusnya mengatur standar alat pengujian yang bisa menjadi acuan apakah masyarakat benar-benar terjangkit Covid-19 atau tidak.

"Yang seharusnya diatur adalah standar alat uji coba. Di Korea Selatan juga disebut rapid test, tapi bisa lebih akurat, sedangkan di Indonesia ada dua jenis tes, yakni rapid test antibodi dan PCR [polymerase chain reaction] swab," ujar Natalya.

Dia menuturkan bahwa sebagai instrumen screening, penggunaan tes uji cepat belum bisa menjadi acuan karena tingkat kesalahannya bisa tinggi, tergantung dari mana produk tersebut didatangkan. Hal ini amat berbeda dengan PCR swab yang pengujiannya didasarkan pada keberadaan virus pada tubuh pasien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper