Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Inggris Boris Johnson Berencana Merelaksasi Lockdown

PM Inggris berencana merelaksasi lockdown karena pandemi Covid-19.
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson ketika memberikan keterangan di luar kantornya di 10 Downing Street di London, Inggris, Senin (27/4/2020)./Bloomberg-Simon Dawson
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson ketika memberikan keterangan di luar kantornya di 10 Downing Street di London, Inggris, Senin (27/4/2020)./Bloomberg-Simon Dawson

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Inggris  Boris Johnson akan berbicara di  kabinet mengenai rencananya untuk merelaksasi locdown, setelah mendapatkan laporan jumlah kematian harian Covid-19  terendah sejak pembatasan mobilitas masyarakat diberlakukan.

Inggris mencatat jumlah kematian pasien Covid-19 sebanyak 55 orang atau paling rendah sejak 22 Maret 2020.

Sekretaris Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan data Covid-19 pada Senin (8/6/2020) menunjukkan bahwa pemerintah dapat melakukan relaksasi lockdown.

“Penyebaran virus Corona tengah melandai di seluruh negeri. Tren penurunan ini berarti bahwa kami dapat melanjutkan rencana kami [relaksasi lockdown], tetapi kami melakukannya dengan berhati-hati dan mengutamakan keselamatan," katanya, mengutip Bloomberg, Selasa (9/6/2020).

Johnson tengah berada di bawah tekanan publik karena strategi penanganan pandemi Covid-19 menuai protes. Dia berada di bawah tekanan untuk merelaksasi toko ritel dalam menjalankan usaha.

Inggris kemungkinan akan melonggarkan kebijakan lockdown untuk warga negara asing pada 29 Juni 2020. Namun, hal ini hanya akan berlaku untuk beberapa negara.

Pemerintah Inggris menilai bidang pendidikan merupakan yang paling sulit untuk diberikan relaksasi. Rencana pemerintah untuk mengembalikan siswa sekolah dasar ke ruang kelas pada akhir semester ini telah dibatalkan.

Selain itu industri restoran juga kesulitan menerapkan ketentuan relaksasi lockdown. Pada 4 Juli 2020, pub dan restoran akan diizikan membuka kembali area terbuka untuk makan di tempat secara terbatas, tetapi mereka mengatakan hal itu sulit dilakukan bila pelanggan wajib menjaga jarak dua meter antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka meminta jarak antarpelanggan dipotong 50 persen atau menjadi satu meter.

Terkait hal tersebut, Sekretaris Kesehatan Hancock mengatakan bahwa berdasarkan sarat dari kelompok penasihat kesehatan bahwa semakin dekat jarak antar manusia, kemungkinan penyebaran virus juga akan semakin besar.

“Pada akhirnya itu bukan aturan yang menjadi tantangan bagi pembukaan industri hospitality dengan cara yang aman, ini adalah virus, dan kita harus menemukan cara untuk dapat membuka kembali perekonomian dengan cara yang tidak mengarah pada peningkatan penyebaran virus," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper