Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warganet Korsel Marah, Serukan Boikot Barang Barang asal Jepang

Seruan memboikot barang-barang asal Jepang di Korea Selatan semakin meningkat pada Jumat (5/7/2019), sebagai tanggapan terhadap pembatasan atas ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi ke Korea Selatan.
Seorang pria memprotes kebijakan Jepang membatasi ekspor di depan Kedubes Jepang di Seoul./Kyodo
Seorang pria memprotes kebijakan Jepang membatasi ekspor di depan Kedubes Jepang di Seoul./Kyodo

Bisnis.com, JAKARTA - Seruan memboikot barang-barang asal Jepang di Korea Selatan semakin meningkat pada Jumat (5/7/2019), sebagai tanggapan terhadap pembatasan atas ekspor bahan-bahan berteknologi tinggi ke Korea Selatan.

Aksi ini disuarakan di tengah perselisihan tentang tenaga kerja paksa di masa perang. Ini menjadi titik ketegangan terbaru dalam hubungan yang lama dibayangi oleh kebencian Korea Selatan atas pendudukan Jepang tahun 1910-1945 di semenanjung Korea.

Jepang sebelumnya meminta maaf kepada wanita yang dipekerjakan secara paksa sebagai penghibur pada masa pendudukan Jepang, sebagai bagian dari kesepakatan tahun 2015 dan menyediakan dana 1 miliar yen (US$9,4 juta) untuk membantu mereka.

Kelompok-kelompok advokasi untuk para wanita telah mengkritik dana tersebut dan Korea Selatan menolak dana tersebut pada hari Jumat, meskipun Jepang memperingatkan bahwa tindakan tersebut dapat merusak hubungan.

"Ini benar-benar tidak dapat diterima untuk Jepang. Kami telah membuat pernyataan tegas kepada pihak Korea Selatan," kata Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Yasutoshi Nishimura di Tokyo, seperti dikutip Reuters.

Ketegangan terbaru ini diperkirakan akan mengganggu pasokan chip memori dan smartphone global. Jepang mengatakan pada hari Senin (1/7) bahwa pihaknya akan memperketat pembatasan ekspor bahan-bahan teknologi tinggi yang digunakan dalam layar display dan chip smartphone ke Korea Selatan.

Pembatasan diberlakukan pada hari Kamis, dan memicu tindakan balasan Korea Selatan. Samsung Electronics Co dan SK Hynix Inc., produsen chip memory dan pemasok kelas dunia untuk Apple dan Huawei, dapat mengalami perlambatan jika kebijakan tersebut dilaksanakan.

"Boikot adalah cara paling cepat bagi warga untuk mengekspresikan kemarahan mereka," kata Choi Gae-yeon dari kelompok aktivis Gerakan untuk Satu Korea, yang menggelar protes di depan ruang pameran mobil dan toko ritel asal Jepang di Seoul pekan ini.

"Banyak orang marah pada sikap pemerintah Jepang," katanya.

Perselisihan mengenai kerja paksa meledak tahun lalu ketika pengadilan Korea Selatan memerintahkan Nippon Steel & Sumitomo Metal Corp dan Mitsubishi Heavy Industries Ltd untuk membayar ratusan ribu dolar kepada penggugat di Korea Selatan.

Jepang menyatakan bahwa masalah ini sepenuhnya diselesaikan pada tahun 1965 ketika kedua negara memulihkan hubungan diplomatik, dan telah mengecam keputusan tersebut.

Hampir 27.000 orang pada hari Jumat menandatangani petisi yang diposting di situs kantor kepresidenan Korea Selatan yang menyerukan boikot produk-produk Jepang dan mengatakan agar wisatawan tidak berkunjung.

Pemerintah harus menanggapi petisi yang telah mendapat 200.000 tanda tangan dalam satu bulan terakhir ini.

Beberapa pengguna media sosial Korea memposting pesan "Boikot Jepang" dan membagikan tautan ke daftar merek Jepang yang menjadi target, termasuk Toyota Motor dan Uniqlo Fast Retailing.

Gerakan boikot Jepang adalah salah satu kata kunci yang paling dicari pada mesin pencari online utama Korea Selatan, Naver.

Saham terkait pariwisata turun pekan ini karena kekhawatiran tentang penurunan permintaan untuk perjalanan ke Jepang. Agen tur Hana Tour melemah 3,4 persen pada hari Kamis sebelum mengurangi pelemahan pada hari Jumat.

Korea Selatan mengimpor barang senilai US$54,6 miliar dari Jepang pada tahun 2018, dan membayar US$11,5 miliar untuk layanannya.

Sementara itu, nilai ekspor Korea Selatan ke Jepang mencapai US$30,5 miliar dalam barang dan US$8,7 miliar jasa ke Jepang pada tahun yang sama, menurut data bea cukai dan bank sentral Korea Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper