Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata Jokowi Bukan Tipe Academic Smart, Tapi Ini...

Pakar psikologi politik Hamdi Muluk menilai Jokowi bukanlah sosok academic smart melainkan tipe lain yang tak suka bertele-tele dalam menyelesaikan masalah.
Jokowi saat blusukan di Pasar Modern BSD Serpong Tangerang Selatan Senin (13/4/2015). Akhirul Anwar
Jokowi saat blusukan di Pasar Modern BSD Serpong Tangerang Selatan Senin (13/4/2015). Akhirul Anwar

Bisnis.com, JAKARTA - Sosok Jokowi yang muncul dari kelas bawah untuk memimpin Indonesia menjadi bahan kajian sejumlah peneliti. 

Pakar psikologi politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk memaparkan dalam temuan studi bahwa Jokowi memiliki motif berprestasi, kompleksitas kognitif tinggi, tenang, mampu mengendalikan emosi dan memiliki gaya kepemimpinan yang demokratis.

"Jokowi itu street smart, jadi dia bukan orang tipe academic smart yang bertele-tele. Kalau ada masalah akan dia selesaikan secara sederhana dan kreatif," ungkap Hamdi Muluk.

Studi yang dilakukan Muluk itu melibatkan 204 ahli psikologi dengan melihat aspek kepribadian, psikobiografi, analisis pidato dan wawancara.

Kehadiran Joko Widodo (Jokowi) dalam kancah perpolitikan nasional dianggap sebagai fenomena baru bagi sejarah demokrasi di Indonesia. Sosok itu lantas menjadi objek kajian para akademisi dalam memahami cara pandang masyarakat terhadap politik Tanah Air.

"Belakangan fenomena Jokowi banyak muncul, kami melihat dia sebagai trend setter. Alhasil banyak masyarakat di daerah yang memilih sosok-sosok pemimpin seperti Jokowi," kata Direktur Suropati Syndicate, Muh Shujahri, saat ditemui dalam acara Simposium Peneliti Jokowi, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (12/4/2019) malam.

Shujahri menuturkan fenomena politik Jokowi yang berjuang dari level bawah hingga akhirnya berhasil menjadi presiden Indonesia menarik untuk dibahas dari sisi akademik.

"Untuk konteks nasional setelah Pemilu 2014, kami melihat lagi bahwa ada orang dari bawah berjuang untuk bisa sampai ke level presiden Indonesia," ujar Shujahri.

Dalam konteks itu, lanjut Shujahri, fenomena Jokowi justru menjadi trend setter elit baru di era reformasi, menggeser popularitas kelompok-keluarga elite dari keluarga terpandang yang sebelumnya telah lebih dulu menguasai kancah perpolitikan nasional.

"Kami melihat itu sebagai alasan yang membuat kenapa banyak orang menulis dan meriset tentang Jokowi," ucapnya.

Sosiolog Universitas Sebelas Maret, Aris Arif Mundayat, mengatakan, Jokowi memainkan peran politiknya melalui konsep "kuasa Jawa" yang tidak berbasis teritori, melainkan lebih mendasarkan pada jumlah dan luasan client yang mereplikasi serta merepetisi tradisi dari pusat kekuasaan.

"Biasanya banyak pemimpin mengambil jarak dan gengsi dengan rakyat, tetapi Jokowi justru menjadi bagian dari rakyat," kata Aris.

Lebih lanjut Aris menjelaskan bahwa Jokowi cenderung menggunakan logika pemimpin bisnis yang bergerak secara hubungan produksi sesuai fungsi dan tugas. Pola komunikasi politik yang Jokowi kembangkan lebih berkarakter wong cilik dan pedagang, karena itu pilihan komunikasi yang dia lakukan dengan rakyat melalui blusukan.

"Jokowi memperoleh modal sosial yang besar dan sekaligus dibicarakan banyak orang," terangnya.

Simposium turut dihadiri pengamat ekonomi politik Fachry Ali, dan penulis buku Ulama Bertutur Tentang Jokowi, Mukti Ali Qusyairi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper