Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prabowo Sebut Anggaran Pertahanan Kecil, Luhut : Enggak Bisa Main Naikin Dong

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menyanggah pernyataan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto tentang kecilnya anggaran pertahanan negara.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019)/JIBI/Bisnis-Nurul Hidayat
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto mengikuti debat capres putaran keempat di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019)/JIBI/Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto melayangkan kritik kepada pemerintah lantaran kecilnya anggaran untuk pertahanan negara, dalam debat putaran keempat Pemilihan Presiden 2019 di Hotel Shangri-La, Jakarta, Sabtu (30/3/2019).

Prabowo mengatakan anggaran pertahanan Indonesia hanya 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ketua Umum Partai Gerindra itu membandingkannya dengan anggaran pertahanan Singapura yang disebutnya 3% dari PDB.

"Anggaran pertahanan TNI Rp107 triliun itu 5% dari APBN, 0,8% dari PDB," tuturnya.

Padahal, lanjutnya, anggaran pertahanan Singapura 30% dari APBN negara tersebut.

Terkait hal ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menyanggah pernyataan Prabowo.

"Enggak lah, bagus kok. Jadi anggaran kita 0,8% dari PDB. Presiden itu [Joko Widodo] mau meningkatkan sampai 1,5% persen dari PDB. Itu kan sejalan sama pertumbuhan ekonomi. Jadi enggak bisa main naikin dong. Nanti goyang dong keseimbangan APBN kita," ujarnya usai debat.

Luhut menuturkan menaikkan anggaran, khususnya untuk pertahanan, tidak sesederhana pernyataan Prabowo. Jenderal TNI tersebut mengibaratkan jika 0,8% setara dengan Rp107 triliun, maka kenaikan sedikit saja akan membuat nilainya berubah signifikan.

"Jadi kalau anggaran naik sampai 1 persen saja itu sudah bisa hampir Rp150 triliun-Rp160 triliun. Itu sudah lumayan banyak. Kalau sudah sampai 1,5 [persen] kan itu udah sampai Rp200 triliun. Nah, angka Rp200 triliun ini kan banyak sekali," terangnya.

Menurut Luhut, mengelola dana ratusan triliun bukanlah hal yang mudah. Apalagi, data-data yang dipaparkan bermuara dari perkiraan intelijen strategis.

"Kalau tidak ada perkiraan intelijen strategis, bagaimana kita bikin postur TNI-nya?" imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper