Kabar24.com, JAKARTA — Istilah Propaganda Rusia yang diingatkan oleh Joko Widodo sebagai calon presiden dinilai merupakan kata jenis yang tidak perlu dibawa sebagai sentimen negara.
Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pengarah Tim Pemenangan Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin menuturkan ucapan Jokowi harus dilihat sebagai sebuah konsep.
"Maksudnya tentu bukan Rusia [sebagai negara], tapi jenisnya, bukan negaranya. Misal makanan Makassar, Bika Ambon. Itu merujuk pada makanan," kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden di Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Meski begitu Jusuf Kalla menyebutkan dalam kampanye tentu para calon akan melakukan propaganda. Bagaimana kebaikan dan keunggulan yang mereka miliki dapat diterima lalu didukung pemilih.
Jusuf Kalla menyebutkan propaganda dalam politik adalah suatu kewajaran. Para calon akan berusaha meyakinkan baik melalui sikap maupun ucapan agar menarik minat pemilih.
"Kampanye kan selalu [bicara] kecap nomor satu," katanya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi saat menghadiri deklarasi Forum Alumni Jawa Timur, Sabtu (2/2/2019), mengungkapkan adanya cara-cara propaganda ala Rusia karena menyebarkan berita bohong. Ini dilakukan oleh salah satu tim sukses tanpa menyebut yang bersangkutan.
Namun saat menghadiri HUT Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jakarta, Selasa (5/2/2019), Jokowi mengklarifikasi hal tersebut.
Presiden Joko Widodo mengaku pernyataannya mengenai terminologi politik propaganda Rusia tidak menunjuk satu negara tertentu.
Pernyataannya itu disebutnya diambil dari sebuah artikel yang berjudul The Russian "Firehose of Falsehood" Propaganda Model yang dirilis oleh International Security and Defense Policy Center of the RAND National Defense Research Institute.
"Iya ini kita tidak bicara mengenai negara, bukan negara rusia tapi terminologi dari artikel di RAND corporation. Sehingga ya memang tulisannya seperti itu, bahwa yang namanya semburan kebohongan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel