Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debat Capres 17 Januari: Ini Plus-Minus Penampilan Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi

Berbagai pihak memberikan kritik dan saran konstruktif atas pelaksanaan debat yang membahas tema Hukum, Korupsi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Terorisme tersebut, untuk evaluasi dan perbaikan dalam pelaksanaan 4 kali debat pada beberapa waktu mendatang.
Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersama pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Uno (kanan) bersiap mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersama pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) serta pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Uno (kanan) bersiap mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Dua pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2019-2024, Jokow Widodo-Ma'ruf Amin (Jokowi-Ma'ruf) dari nomor urut 01 dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno (Prabowo-Sandi) nomor urut 02, telah mengikuti Debat Pertama Pemilihan Presiden 2019 pada Kamis malam (17/01/2019).

Berbagai pihak memberikan kritik dan saran konstruktif atas pelaksanaan debat yang membahas tema Hukum, Korupsi, Hak Asasi Manusia (HAM) dan Terorisme tersebut, untuk evaluasi dan perbaikan dalam pelaksanaan 4 kali debat pada beberapa waktu mendatang.

Direktur Lembaga Survey Regional (LeSuRe)/Institute for Development and Economic (IDE), Mufti Mubarok menilai debat berlangsung dalam suasana monoton dan tampak banyak kekurangan. Suasana debat agak kaku dan tegang.

"Banyak pernyataan dan penjelasan yang tidak tuntas. Namun masih bisa ditangkap substansinya," kata Mufti Mubarok kepada Bisnis, Jumat siang (18/01/2019).

Mufti memberikan analisis terhadap jalannya debat tersebut, berikut ini analisis singkatnya:

  • Jokowi-Ma'ruf dengan menggunakan teks menjelaskan visi dan misi penegakan hukum. Berbeda dengan Prabowo-Sandi, dengan tanpa teks dan spontan banyak narasi harapan.
  • Jokowi lebih mendominasi sementara Ma'ruf hanya menjadi pelengkap namun di akhir-akhir berakhirnya debat Ma'ruf sudah berperan menjawab pertanyaan.
  • Prabowo menguraikan dan menjelaskan tanpa teks dan Sandi berimbang dengan Prabowo.
  • Jokowi sempat menyerang soal kasus Ratna Sarumpaet.
  • Prabowo-Sandi menyerang dengan kasus kepala desa di Mojokerto Jawa Timur yang dikriminalisasi.
  • Jokowi-Ma'ruf lebih banyak bicara prestasi yang sudah dikerjakan.
  • Prabowo-Sandi memberi harapan baru untuk menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat waktu.
  • Jokowi bangga soal gender, mencontohkan beberapa sosok perempuan yang duduk di kabinetnya.
  • Prabowo tidak hanya peduli gender, namun juga mengutamakan outputnya.
  • Jokowi terpancing dan agak sedikit tegang dan tampak sedikit emosional.
  • Prabowo tampak lebih rileks menjalani debat, terlihat dari beberapa lelucon yang dilontarkannya dan menampakkan gestur rileks. dipijat oleh Sandi.
  • Jokowi dalam pernyataan penutup tampak belum santai dan masih ada ego, dengan kurang memberikan kesempatan kepada Ma'ruf untuk berbicara. Jokowi juga tidak memperhatikan anjuran moderator untuk menyampaikan hal-hal positif tentang lawan debatnya.
  • Prabowo kurang fokus pada pernyataan penutup, juga tidak menyampaikan hal-hal positif dari lawan debatnya. Masih mengulang-ulang materi awalnya.

Mufti berkesimpulan Jokowi-Ma'ruf terkesan kaku karena harus melihat teks, agak terpancing oleh pertanyaan Prabowo-Sandi.

"Secara penguasaan materi lumayan. Kurang proposional dengan Ma'ruf dalam hal pembagian tugas menjawab. Ma'ruf lebih bicara dari sudut pandang agama. Untuk materi, Jokowi lebih tekstual dan menonjolkan pengalaman menjabat," katanya.

Adapun Prabowo, Mufti menilai Prabowo lebih menguasai materi, tidak menggunakan teks dan lebih spontan, berbagi tugas yang proporsional dengan Sandi, terkesan menyerang namun santun.

"Kekurangannya, banyak materi yang diulang-ulang, memberikan contoh-contoh di lapangan yang kurang komprehensif," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper