Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menyambut kehadiran online group purchasing

Pada 2007, Andrew Mason, salah satu pendiri platform web di Amerika Serikat, memberikan alternatif kepada masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka secara kolektif dan berkampanye untuk amal.

Pada 2007, Andrew Mason, salah satu pendiri platform web di Amerika Serikat, memberikan alternatif kepada masyarakat untuk menyuarakan pendapat mereka secara kolektif dan berkampanye untuk amal.

Platform yang bernama The Point ini memungkinkan orang berkumpul secara online dan anonim untuk mewujudkan tujuan tertentu, misalnya mengumpulkan dana untuk amal.

Kampanye hanya akan sukses bila dukungan mencapai sebuah titik kritikal, atau tipping point. Maka setiap orang di website menghubungi teman dan keluarga mereka dan meyakinkan mereka bergabung agar kampanye sukses.

Pada 2008, konsep kolektivitas di web berubah menjadi sebuah model bisnis yang menyebar cepat di seluruh dunia. Nilai perusahaan start-up milik Mason, Groupon, naik menjadi US$1,2 miliar dalam 14 bulan pertama.

Keberhasilan website ini sebagian besar disebabkan oleh konsep tipping point yang memotivasi pengguna mendorong penawaran kepada orang lain, melalui word-of-mouth atau rekomendasi pribadi.

Platform ini pada awalnya bertujuan untuk mempromosikan gaya hidup bagi kaum muda di komunitas lokal dan sekitarnya. Sebuah advertorial ditulis untuk suatu tempat, memberinya eksposur di dunia maya. Sebagai gantinya, tempat itu akan memberikan diskon besar yang hanya dapat diakses oleh pengguna melalui website.

Diskon yang tersedia untuk waktu yang terbatas dan membuat pengguna memiliki urgensi untuk membeli. Di negara di mana penggunaan kartu kredit sudah umum, konsep tipping point memungkinkan adanya pembelian minimum yang harus dicapai sebelum diskon ditawarkan.

Pengguna memilih tawaran dengan memasukkan nomor kartu kredit mereka. Setelah tawaran itu mengumpulkan jumlah minimum suara pengguna, tawaran diaktifkan dan biaya dibebankan pada kartu kredit peminat.

Menetapkan jumlah minimum pengguna membantu mendorong elemen sosial dari model e-commerce, karena pengguna termotivasi untuk memberitahu teman mereka tentang tawaran melalui jaringan sosial.

Rekomendasi word-of-mouth termasuk yang paling efektif untuk meningkatkan brand awareness dan kredibilitas. Karena platform ini pada dasarnya menyenangkan, orang kemudian terdorong untuk mencoba hal dan tawaran baru yang terjadi di kota dan sekitar mereka.

Orang dapat berlangganan newsletter dan menerima e-mail ketika ada tawaran baru. Mereka dapat meneruskan email atau mengundang teman untuk ikut membeli penawaran. Di negara lain seperti Thailand dan Filipina, menghubungkan elemen sosial offline dan online telah banyak membantu keberhasilan model group purchasing semacam ini.Lebih hematBagi pedagang, cara pemasaran ini lebih hemat untuk memasarkan produk atau layanan mereka dibanding cara tradisional. Manfaat paling jelas dari pemasaran online adalah terukurnya manfaat dari biaya pemasaran yang mereka keluarkan dengan lebih akurat.

Dengan model group purchasing, pedagang hanya membayar biaya pemasaran untuk orang yang tertarik mengunjungi tempat mereka, dibandingkan membayar ratusan atau ribuan dolar untuk iklan billboard atau majalah, model bisnis ini didasarkan pada komisi dari setiap voucher yang dijual.

Pedagang dapat mengetahui pelanggan yang datang karena pemasaran online dari voucher yang ditawarkan. Pedagang lalu hanya perlu menyediakan layanan baik agar pelanggan kembali membeli produk dan layanan mereka di kemudian hari.

Dilihat dari tingkat penggunaan e-commerce dan jaringan sosial yang ada, Indonesia memiliki beberapa potensi yang bisa mendukung model group purchasing.

Popularitas platform jaringan sosial seperti Facebook, Twitter, dan foursquare sangat menakjubkan. Menurut Alexa edisi Januari 2011, Facebook merupakan situs nomer satu di Indonesia, dan sekitar seperlima dari pengguna Internet mengunjungi Twitter, sehingga menjadikan tingkat penetrasi Twitter Indonesia sebagai salah satu yang tertinggi di dunia.

Fakta-fakta ini bahkan mungkin tidak menyajikan potensi penuh dari jaringan sosial di Indonesia karena akses ke Twitter via ponsel atau warnet tidak selalu dihitung dalam angka tersebut. Sementara e-commerce masih dalam masa pertumbuhan, kita juga tahu bahwa masyarakat Indonesia menyukai penawaran-penawaran yang menarik.

Oleh karenanya, Indonesia tampak siap untuk model group purchasing. Jumlah situs group purchasing berkembang dengan sangat cepat. Di Indonesia diperkirakan ada lebih dari 10 situs serupa dan beberapa contoh paling sukses adalah DealKeren (www.dealkeren.com), Disdus (www.disdus.com), dan Ogahrugi (www.ogahrugi.com).

Meski masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan tinggi mengikuti jejaring sosial, masih ada elemen yang kurang dari model group purchasing Indonesia.

Fitur tipping point belum sepenuhnya diimplementasikan pada platform group purchasing terkemuka. Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya orang yang tidak mempunyai rekening bank dan kartu kredit.

Cara pembayaran untuk pembelian online terbatas dan belum umum. Paypal, salah satu perusahaan pembayaran pembelian online terbesar di dunia, menggunakan dolar AS dan bukan Rupiah Indonesia. Isu lain, yang lazim di banyak negara berkembang, adalah kurangnya kepercayaan terhadap e-commerce. Banyaknya penipuan e-commerce menyebabkan orang lebih memilih belanja di toko tradisional.

Meskipun mengalami kesulitan sebagaimana disebut di atas, perusahaan group purchasing lokal seperti DealKeren tampaknya akan menikmati pertumbuhan luar biasa. DealKeren mulai pada pertengahan Agustus 2010 dan sejak itu memperoleh pertumbuhan luar biasa dengan lebih dari 40.000 pelanggan e-mail pada beberapa bulan terakhir.

DealKeren berkomunikasi dengan penggunanya melalui jaringan sosial dan mendorong pengguna untuk mengundang teman-teman dan mengadakan kompetisi dan undian untuk menyebarkan penawaran mereka.

Nilai yang ditawarkan DealKeren adalah kesempatan untuk mencoba aktivitas gaya hidup dengan harga 50% sampai 90% lebih murah dari harga asli.

Sejauh ini, dengan layanan pemasaran dan penghematan biaya mereka, DealKeren telah memberi kesan positif pada banyak pelanggan dan pedagang. Contohnya, DealKeren telah memberi peluang kepada hampir 850 orang untuk mengunjungi tempat spa lokal dan lebih dari 1.000 orang untuk mengunjungi taman hiburan.

Sebuah jaminan pengembalian uang penuh ke pengguna menunjukkan bahwa DealKeren memperhatikan kepuasan pelanggan dan meningkatkan kepercayaan pengguna dengan situsnya.Bisnis lokal mulai menyadari bahwa mereka tidak perlu membayar mahal untuk pemasaran tidak efisien dan biaya iklan untuk pelanggan yang mungkin tidak pernah membeli apapun. Dengan diperkenalkannya pemasaran online dikombinasikan dengan unsur word-of-mouth dan potensi tinggi untuk mempertahankan pelanggan dalam jangka panjang, lebih banyak tempat gaya hidup lokal yang bereksperimen dengan layanan situs group purchasing.

Dengan pertumbuhan pengguna jaringan sosial yang cepat, bank lokal yang mendorong masyarakat ke pengunaan kartu kredit, dan ketertarikan konsumen dalam model group purchasing, situs group purchasing tampaknya siap untuk meraup suksesnya di Indonesia. (swi)

*) Naveen Menon adalah Partner A.T. Kearney, Head of Communications & Hi-Technology Practice untuk A.T. Kearney Asia Pacific, berkedudukan di Singapore


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Mursito

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper