Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan BI Suntik Likuditas Rp81 Triliun ke Perbankan Mulai 1 Juni 2024

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan suntikan tambahan likuiditas ini merupakan usaha bank sentral agar target pertumbuhan kredit 10-11% tahun ini tercapai.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Rabu (21/2/2024).

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) akan menambah dosis suntikan likuiditas senilai Rp81 triliun ke perbankan mulai 1 Juni 2024. Alhasil, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) per Juni nanti mencapai Rp246 triliun. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan kebijakan tambahan insentif ini merupakan usaha bank sentral untuk menjaga target pertumbuhan kredit 10-11% pada tahun ini dapat tercapai. 

“Kami masih yakin pertumbuhan kredit 10-11% masih bisa tercapai, yaitu dengan tambahan likuitas dan bagi bank yang menyalurkan kredit bisa menggunakan SBN untuk repo ke BI,” tuturnya dalam konferensi pers, dikutip Kamis (9/5/2024). 

Selain itu, tambahan amunisi bagi perbankan ini juga untuk memastikan kebutuhan likuiditas untuk menyalurkan kredit terpenuhi. Dengan demikian, perbankan tidak perlu menaikkan suku bunga kredit. 

Di sisi lain, Bank Indonesia juga memberikan tambahan sektor pendukung ekonomi, yaitu sektor otomotif, perdagangan, LGA (listrik, gas, dan air), serta jasa sosial. 

Nantinya, perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor tersebut, akan mendapatkan insentif likuiditas maksimal 0,5%. 

Sebelumnya, hanya penyaluran kredit ke sektor hilirisasi (minerba & nonminerba), perumahan, dan pariwisata saja yang mendapatkan insentif tersebut. 

Harapannya, perbankan akan semakin semangat dalam menyalurkan kredit karena adanya penuruanan giro wajib minimum (GWM) melalui insentif tersebut. 

Pada kesempatan berbeda, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI Nugroho Joko Prastowo menyampaikan pada semester 2024 nanti, Bank Indonesia masih akan memberikan tambahan insentif senilai Rp34 triliun. 

Pasalnya, kebijakan makroprudensial ini menjadi jamu manis agar pelaku usaha tetap optimis, perbankan optimis, dan kredit tetap jalan. 

Tujuannya menjaga pertumbuhan kredit tetap tinggi dan berdampak pada pergerakan investasi dan menjaga target pertumbuhan ekonomi. 

“Harapannya kredit terus meningkat, karena ada insentif. Sekarang insentif yang sudah dimanfaatkan bank Rp165 triliun, Juni dapat lagi jadi Rp246 triliun, kita proyeksikan bank semangat lagi, tambah lagi [Rp34 triliun] jadi total Rp280 triliun,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper