Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Penyaluran Kredit di Sumut Seret Gara-gara Harga CPO Anjlok

OJK mengungkapkan anjloknya harga CPO di pasar global berdampak pada seretnya penyaluran kredit di Sumatra Utara (Sumut).
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020). Badan Litbang Kementerian ESDM memulai kajian kelayakan pemanfaatan minyak nabati murni (crude palm oil/CPO) untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga Desember 2020. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, MEDAN - Kantor Otoritas Jasa Keuangan Sumatra Utara (Sumut) menyebut terjadi perlambatan dalam penyaluran kredit produktif oleh perbankan di provinsi tersebut, dimana hingga Februari 2024 distribusi kredit produktif mencapai Rp178,10 triliun atau 69,50 persen dari total kredit, terkoreksi -0,17% (year-on-year/yoy).

Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Sumut Wan Nuzul Fachri mengatakan perlambatan jenis kredit yang mendominasi penyaluran pembiayaan di Sumut ini turut dipengaruhi oleh kontraksi distribusi kredit Investasi sebesar -10,95% (yoy).

"Itu dipengaruhi oleh sektor perkebunan dan industri pengolahan komoditas kelapa sawit yang melambat seiring dengan masih lemahnya harga crude palm oil [CPO] di pasar global. Sedangkan, kredit modal kerja bertumbuh cukup baik sebesar 7,09% (yoy) sehinga kontraksi kredit secara total tidak terlalu dalam," kata Nuzul dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (21/4/2024).

Kendati pertumbuhannya cenderung stagnan dan sedikit termoderasi, Nuzul menyebut kredit produktif menunjukkan tren pemulihan yang signifikan. Terutama tampak dari sektor pengolahan minyak goreng dari sawit yang tumbuh sebesar 17,09% (yoy).

Peningkatan itu, kata dia, didorong oleh beberapa hal seperti permintaan domestik yang kuat, perbaikan kondisi pandemi, serta penerapan program hilirisasi industri kelapa sawit nasional, termasuk program B35 dan B40 yang dijalankan pemerintah, yang semakin meningkatkan kinerja industri pengolahan.

Di sisi lain, upaya untuk memperluas akses keuangan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Per Februari 2024, penyaluran kredit kepada UMKM di Sumatera Utara mencapai Rp78,69 triliun dengan pertumbuhan sebesar 12,46% yoy.

"Andil kredit UMKM terhadap total kredit juga telah melewati target yang dicanangkan oleh pemerintah sebesar 30% [dimana] per Februari 2024 mencapai 30,71%, meningkat cukup substansial dibandingkan Februari 2023 yang tercatat 28,12%," jelas Nuzul.

Pertumbuhan kredit UMKM yang cukup signifikan itu didorong oleh pertumbuhan kredit segmen usaha mikro yang memiliki share outstanding terhadap kredit UMKM total sebesar 50,51%, diikuti oleh segmen kecil 28,02% dan menengah 21,47 %.

Nuzul menyebut terjadi pergeseran posisi di mana sejak akhir 2021 pola penyaluran kredit mikro mulai mendominasi, yang sebelumnya didominasi oleh kredit menengah.

"Kemunculan beragam jenis usaha perorangan pada era new normal menjadi pemicunya sehingga kredit yang disalurkan kepada kelompok mikro lebih besar dibandingkan kelompok lain," imbuhnya. 

Sementara itu, OJK Sumut mencatat pertumbuhan kredit konsumtif justru semakin meningkat sehingga mendorong pemulihan pertumbuhan kredit kawasan ini secara keseluruhan.

Nuzul mengatakan kredit konsumtif secara stabil mengalami pertumbuhan selama setahun terakhir.

"Pada Februari 2024 mencapai Rp78,17 triliun atau bertumbuh 10,91% [yoy]. Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan kepercayaan konsumen dan akses yang lebih baik ke layanan keuangan," ujarnya.

Pertumbuhan konsumtif utamanya ditopang oleh kredit rumah tangga lainnya dan multiguna yang bertumbuh 11,01% (yoy), kredit kepemilikan rumah tinggal (KPR) yang mencapai 9,39% (yoy), dan kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) yang mencapai 16,92% (yoy).

Salah satu faktor yang mendorong konsumsi, tutur Nuzul ialah peningkatan konsumsi pada saat libur sekolah dan Nataru. Selain itu, juga respon perbankan dalam menurunkan suku bunga kredit konsumsi dengan tujuan mendorong tingkat konsumsi masyarakat sejak pandemi.

"Rata-rata suku bunga perbankan sebelum pandemi yang tercatat diatas 11 persen terus menurun hingga 10,19 persen pada kuartal IV/2023," tambahnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper