Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Abu Dhabi Mau BRIS hingga Waswas Industri Properti

Diskusi tahap awal, Abu Dhabi disebut berencana membeli saham minoritas senilai sekitar US$1,1 miliar setara Rp17,88 triliun (kurs Rp16.247 per dolar AS).
Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang BSI, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Nasabah melakukan transaksi keuangan di kantor cabang BSI, Jakarta, Rabu (13/3/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring perjalanan mencari mitra strategis, Bank syariah Abu Dhabi, yakni Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) dikabarkan bakal mengakuisisi 15% saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI.

Melansir dari Reuters pada Kamis (18/4/2024) sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa keduanya tengah berdiskusi atas pembelian saham minoritas dengan nilai sekitar US$1,1 miliar atau setara dengan Rp17,88 triliun (asumsi kurs Rp16.247 per dolar AS).

Adapun, tujuan dari aksi ini adalah untuk memanfaatkan pertumbuhan yang cepat terkait layanan keuangan Islam di Asia Tenggara.

Potensi akuisisi sebesar 15% saham BRIS dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) diketahui menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan Abu Dhabi Islamic Bank.

Akan tetapi, sumber tersebut menegaskan bahwa diskusi ini masih dalam tahap awal dan belum ada jaminan kesepakatan.

Di sisi lain, penurunan produksi gas bumi di sejumlah lapangan minyak dan gas bumi membuat pasokan gas pipa yang disalurkan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. ke industri pengguna di Indonesia bagian barat, termasuk Sumatra bagian tengah, Sumatra bagian selatan, dan Jawa bagian barat menjadi tersendat.

Adapun, pasokan gas di kawasan Indonesia bagian timur bisa dibilang melimpah ruah, bahkan terdapat volume kargo gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) yang belum terkontrak atau uncommitted cargo dari Kilang LNG Tangguh, Papua Barat dan Kilang Bontang, Kalimantan Timur.

Namun, keterbatasan infrastruktur pipa gas saat ini membuat pasokan dari wilayah yang sebenarnya mengalami kelebihan pasokan tidak dapat didistribusikan ke wilayah yang mengalami defisit.

Untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya mengatur ulang alokasi gas yang saat ini banyak tersedia di kawasan Indonesia bagian timur guna memenuhi kebutuhan di Indonesia bagian barat.

Dua petikan berita tersebut merupakan bagian dari berita pilihan Bisnisindonesia.id yang disajikan secara analitik dan mendalam untuk edisi Kamis (18/4/2024). Berikut selengkapnya.

1. Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB) Tergoda Akuisisi 15% Saham BSI (BRIS)

Ketika dikonfirmasi, ADIB dan BRI kompak menolak untuk memberikan komentar.

Sementara, Corporate Secretary BSI Gunawan Hartoyo tidak dapat memberikan informasi lebih jauh, lantaran dia menyebut hal ini sepenuhnya ranah pemegang saham perseroan.

"Yang bisa kami katakan adalah bahwa informasi di atas berada dalam domain para pemegang saham kami," katanya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tercatat aset perbankan syariah sebesar Rp845,61 triliun per Januari 2024, naik 10,49% dari periode yang sama tahun lalu Rp765,36 triliun.

2. Waswas Industri Properti di Tengah Eskalasi Geopolitik dan Pelemahan Rupiah

Naiknya eskalasi geopolitik di Timur Tengah akibat perang yang terjadi di Iran – Israel membuat industri properti perlu waspada. Terlebih, perang Israel – Palestina dan Rusia – Ukraina juga belum usai.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mengalami depresiasi dimana pada perdagangan Kamis (18/4) ditutup ke level Rp16.179. Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,25% ke Rp16.179 per dolar Amerika Serikat (AS). Adapun indeks dolar AS melemah 0,13% ke 105,81.

Merujuk Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, penjualan properti residensial pada kuartal IV tahun 2023 tercatat meningkat 3,37% (year-on-year/YoY), membaik signifikan dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,59% (YoY).

Peningkatan penjualan properti pada kuartal IV tahun 2023 terjadi pada seluruh tipe rumah, terutama tipe menengah sebesar 6,29%, YoY, dan tipe besar 19,93% YoY. Sementara untuk rumah tipe kecil tercatat lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya meski masih berada dalam zona kontraksi 1,60% (YoY).

Lalu Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) kuarta IV tahun 2023 yang secara tahunan tumbuh 1,74% YoY, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,96% YoY. Peningkatan IHPR tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga properti tipe kecil yang meningkat sebesar 2,15% YoY, melanjutkan kenaikan pada kuartal III tahun 2023 yang sebesar 2,11% YoY.

3. Mengharap Intervensi Fiskal Redam Tekanan Konflik Timur Tengah

Intervensi dini fiskal negara perlu diakselerasi merespons potensi meningkatnya eskalasi konflik di Timur Tengah yang dikhawatirkan bisa menaikkan harga minyak yang kemudian berimplikasi kepada membengkaknya anggaran subsidi dan kompensasi energi, serta tekanan inflasi.

Selain itu, pelemahan rupiah juga menjadi pekerjaan yang perlu dituntaskan, karena akan memacu inflasi atas barang impor dan meningkatkan ongkos produksi manufaktur domestik, sehingga pembengkakan biaya itu akan didistribusikan kepada konsumen.

Intervensi ini mendesak, mengingat dalam beberapa tahun terakhir ekonomi nasional diterpa oleh beragam sentimen global, seperti dampak perang Rusia-Ukraina, kenaikan harga minyak dunia dan BBM, serta tekanan inflasi.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini menyampaikan bahwa pemerintah perlu merumuskan kebijakan untuk mengantisipasi meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah setelah serangan balasan Iran ke Israel.

Menurutnya, pemerintah perlu memprioritaskan tiga kebijakan utama untuk memitigasi dampak perang Iran dan Israel. Pertama, menjaga inflasi dan harga kebutuhan pokok merupakan kebijakan utama yang harus dilakukan pemerintah, terutama untuk melindungi masyarakat yang tergolong rentan.

4. Fakta Investasi Apple Rp1,6 Triliun di Indonesia

Kunjungan CEO Apple Inc, Tim Cook pada Rabu (17/4/2024) ke Indonesia membuahkan beragam potensi investasi lanjutan setelah komitmennya membangun Apple Developer Acadey di Indonesia.

Adapun, terkait kunjungan Tim Cook ke Indonesia ini, terdapat sejumlah fakta menarik terutama terkait investasi yang dilakukannya. Adapun, komitmen sejauh ini, Apple berinvestasi Rp1,6 triliun untuk pengembangan akademi developer-nya di Indonesia.

Tim bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada Rabu (17/4/2024), dilanjut dengan pertemuan bersama Presiden terpilih Prabowo Subianto. Berikut sejumlah fakta menariknya.

CEO Apple Tim Cook menyampaikan bahwa pihaknya akan melanjutkan pembangunan program pengembangan talenta IT, Apple Developer Academy, di empat titik wilayah di Indonesia dengan total nilai investasi mencapai Rp1,6 triliun. Tim Cook telah bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas hal tersebut.

5. Bersiasat Mengamankan Defisit Gas Pipa PGN dengan LNG Tangguh

Hudi Suryodipuro, Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengungkapkan bahwa setidaknya otoritas hulu migas itu telah menyiapkan dua kargo LNG tambahan untuk PGN (PGAS), yang berasal dari Kilang Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat.

PGN sendiri, kata Hudi, telah menyampaikan rencana untuk mengambil 2 kargo LNG tersebut pada kuartal ketiga tahun ini. “Terkait harga [kontrak] saat ini masih menunggu penawaran dari PGN, lalu kemudian akan didiskusikan dengan penjual dan SKK Migas,” kata Hudi saat dikonfirmasi, Kamis (18/4/2024).

Menurut Hudi, harga LNG itu nantinya dapat berbentuk formula dengan mengacu pada harga minyak mentah Indonesia. Sejalan dengan itu, imbuhnya, PGN saat ini diketahui tengah melakukan sosialiasai atau penjajakan kepada industri pengguna terkait dengan opsi pengalihan sumber gas dari pipa menjadi LNG.

“Harga yang akan dibayarkan oleh end user akan meningkat seiring dengan harga LNG [yang] memiliki biaya tambahan di antaranya biaya kapal, regasifikasi, dan transportasi lainnya jika diperlukan,” ujar Hudi.

Kendati demikian, Hudi menegaskan bahwa tambahan kargo LNG tersebut belakangan memang diperlukan untuk menambal pasokan defisit gas pipa dari beberapa lapangan di kawasan Sumatra bagian tengah, Sumatra Selatan, dan Jawa Bagian Barat. Produksi gas dari sejumlah lapangan migas mengalami penurunan alami (natural decline) lantaran kondisi lapangan yang sudah tua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper