Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasang Surut Simpanan Dana Tabungan, Begini Kata Pengamat Hingga Bankir

Bank Indonesia (BI) mencatat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) berdasarkan golongan nasabah bergerak berlawanan arah pada Februari 2024.
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) berdasarkan golongan nasabah bergerak berlawanan arah pada Februari 2024.

Berdasarkan Analisis Perkembangan Uang Beredar pada Februari 2024, secara total, DPK secara industri sebesar Rp8.193 triliun, tumbuh 5,4% secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 5,8% yoy. 

Namun, bila melihat perkembangannya, DPK korporasi tumbuh 8,6% yoy, naik dibanding Januari 2024 sebesar 6,2%. Sementara, DPK perorangan justru mengalami pelemahan, di mana tumbuh 3,2% pada Februari 2024, dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,4%.

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo menyebut pertumbuhan nasabah korporasi terdorong oleh sejumlah faktor. Mulai dari, momentum pemulihan ekonomi yang mendorong aktivitas bisnis korporasi. 

“[Lalu] stabilitas suku bunga acuan yang [juga] akan membuat korporasi meningkatkan pinjamannya dan menumbuhkan DPK [saat hasil pencairan pinjaman belum digunakan],” ujarnya pada Bisnis, Senin (25/3/2024)

Sementara itu, dia menuturkan bahwa pertumbuhan DPK perorangan memang telah melambat sejak akhir tahun 2023 lalu. 

Menurutnya, pelambatan ini mungkin disebabkan naiknya suku bunga, inflasi, dan peningkatan investasi di luar perbankan, apalagi mengingat pada awal tahun 2024 IHSG meningkat dan beberapa kali memecahkan rekor all time high alias ATH dengan dibarengi kenaikan nilai transaksi harian. 

“Hal ini diperkirakan sejalan dengan keterbukaan akses informasi, kebersediaan investasi yang beragam di luar perbankan [pasar modal, pasar uang] yang menjanjikan potensi keuntungan lebih tinggi,” imbuhnya. 

Lebih lanjut, Arianto pun menuturkan bagi perbankan yang ingin memupuk DPK tahun ini, maka perlu meningkatkan layanan dan produknya, seperti layanan digital banking, produk deposito kompetitif, dan program loyalitas. 

Bahkan, dia menyebut bank juga perlu meningkatkan suku bunga deposito dan menjalin kerjasama dengan fintech dan perusahaan lain, melalui layanan seperti open banking, digital banking, pembayaran, penyaluran kredit, dan wealth management.

“Kerjasama ini membantu bank meningkatkan efisiensi, jangkauan nasabah, dan produknya,” ujarnya. 

Di sisi lain, dari kalangan perbankan, misal PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) melaporkan secara umum DPK korporasi tumbuh lantaran terjadi kondisi ekonomi makro 

“Peningkatan kepercayaan perusahaan pada pertumbuhan ekonomi, yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan lebih cenderung untuk menempatkan dana mereka di perbankan,” ujar Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah.  

Lebih lanjut, dia menyebut faktor moneter, misalnya kecenderungan penurunan suku bunga dapat mempengaruhi nasabah individu untuk memindahkan dana mereka dari instrumen investasi di perbankan kepada instrument investasi lainnya, seperti obligasi atau saham yang dianggap lebih menarik.  

“Di Bank Oke Indonesia sebetulnya secara customer identification file [CIF] nasabah individu tumbuh lebih tinggi daripada nasabah korporasi, akan tetapi secara nominal tentu saja DPK korporasi lebih besar,” ucapnya. 

Tercatat, pada akhir Februari 2024, DPK korporasi mengalami penurunan sebesar 0,38% sedangkan untuk DPK individu mengalami penurunan lebih besar yaitu sekitar 3% dibanding akhir Desember 2023 lalu. 

“Akan tetapi likuiditas Bank tetap terjaga dengan baik,” ucapnya. 

Sehingga, ada sejumlah strategi yang perseroan lakukan dalam menarik simpanan dana masyarakat. Pertama, dengan akuisisi dan pertumbuhan dana. Kedua, melalui penawaran program-program yang ditujukan bagi nasabah loyal.  

Ketiga, promosi dan branding. Hal ini misalnya menyasar golongan affluent, peningkatan fitur produk-produk pendanaan, program-program pendanaan jangka pendek,” ujarnya pada Bisnis 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper