Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Ramal Kinerja Bank RI Naik di Tengah Melambatnya Ekonomi Global

Survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meramal kinerja bank di Indonesia tetap naik, meski ekonomi global melambat.
Foto multiple exposure warga beraktivitas di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Minggu (31/12/2023). Arief Hermawan P
Foto multiple exposure warga beraktivitas di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Minggu (31/12/2023). Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA -- Survei dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan kinerja perbankan Indonesia tetap terjaga serta dapat meningkat seiring dengan proyeksi ekonomi Indonesia yang cukup resilien pada 2024

Dalam Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) yang melibatkan 100 bank responden menunjukkan responden optimis bahwa kinerja perbankan akan tetap terjaga baik pada triwulan I/2024. 

Berdasarkan data Desember 2023, porsi aset 100 bank tersebut mencapai sebesar 97,05% dari total aset bank umum. 

“Optimisme perbankan tercermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan I/2024 yang tercatat sebesar 56 (zona optimis),” tulis OJK dalam laporannya, Jumat (8/3/2024)

Adapun, optimisme tersebut didorong oleh ekspektasi akan meningkatnya fungsi intermediasi perbankan dibarengi dengan kemampuan perbankan dalam mengelola risiko yang dihadapi meskipun kondisi makroekonomi global yang kurang kondusif. 

SBPO juga menyebutkan bahwa seiring dengan proyeksi ekonomi Indonesia yang cukup resilien pada 2024.

Hal ini terlihat dari Indeks Persepsi Risiko (IPR) sebesar 53 (zona keyakinan bahwa risiko cukup manageable), seiring dengan keyakinan bahwa risiko kredit dan risiko pasar yang tetap terjaga. 

Kemudian, responden meyakini bahwa kualitas kredit tetap baik, PDN pada level rendah dan berada pada posisi long, dan rentabilitas masih akan meningkat seiring dengan kenaikan penyaluran kredit. Selanjutnya, risiko likuiditas juga diperkirakan masih terjaga stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi bahwa sisi funding (DPK) akan tetap mampu menyokong meningkatnya penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan. 

Keyakinan bahwa pertumbuhan kredit akan naik pada triwulan I/2024 pun didorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik yang masih cukup baik, meningkatnya konsumsi pada bulan Ramadhan, event penyelenggaraan Pemilu 2024, dan masih terjaganya daya beli masyarakat. 

Lalu, dari sisi penghimpunan dana, responden memperkirakan bahwa pada triwulan I/2024, DPK juga akan tumbuh meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin membaik, usaha bank memperoleh sumber dana untuk mendukung pertumbuhan kredit, dan adanya dana pemerintah yang masuk pada bank daerah. 

Pada SBPO, OJK juga menghimpun informasi terkait outlook ekonomi global dan Indonesia Tahun 2024 di mana ekonomi global pada tahun 2024 diperkirakan melambat seiring dengan ketidakpastian global akibat konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina yang berdampak pada kenaikan harga energi dan pangan. 

Selain itu, perlambatan ekonomi Tiongkok juga menyebabkan harga komoditas terus melandai. 

"Potensi inflasi global yang masih relatif tinggi dapat menyebabkan The Fed untuk tidak lekas memangkas suku bunga namun cenderung untuk menurunkan secara bertahap," tulis OJK.

Kemudian, di tengah risiko perlambatan ekonomi global, ekonomi Indonesia diperkirakan dapat resilien pada tahun 2024 dengan ditopang oleh konsumsi masyarakat yang terjaga sejalan dengan inflasi yang masih dalam range target, konsumsi pemerintah yang meningkat akibat Pemilu 2024, dan investasi yang diperkirakan terus tumbuh seiring masih berjalannya pembangunan beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN). 

Hasil survei juga memberikan informasi bahwa kondisi likuiditas perbankan pada 2024 diproyeksikan tetap memadai dengan ditunjang oleh prakiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan tetap tumbuh positif, serta kebijakan moneter yang masih akomodatif dengan suku bunga acuan yang diperkirakan dapat sedikit menurun. 

Selain itu, jika sesuai ekspektasi bahwa pemotongan suku bunga The Fed akan terjadi pada akhir triwulan II/2024 maka diperkirakan akan ada arus dana masuk (capital inflow) dari investor asing ke pasar domestik dengan berbagai instrumen keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper