Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bank Besutan Investor Korea Mundur dari Jabatan Jelang 2024, Intip Daftarnya!

Sejumlah petinggi bank dengan investor Korea Selatan seperti Bank Woori Saudara (SDRA) hingga KB Bukopin (BBKP) mundur dari jabatannya jelang tahun baru 2024.
Bank IBK Indonesia/Dokumen Bank IBK Indonesia
Bank IBK Indonesia/Dokumen Bank IBK Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah petinggi bank besutan investor Korea Selatan seperti PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk. (SDRA) dan PT KB Bukopin Tbk. (BBKP) mundur dari jabatannya jelang tahun baru 2024 atau Desember 2023. Mundurnya para petinggi bank itu terjadi di tengah kucuran modal yang mengalir deras dari Korea Selatan.

Presiden Direktur Bank Woori Saudara Hwang Gyusoon yang telah menjabat sebak 2021 misalnya mengundurkan diri dari jabatannya pada 12 Desember 2024. Pengumuman pengunduran diri Hwang Gyusoon disampaikan melalui keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI).

Direktur Utama PT Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) Cha Jae Young juga telah mengajukan pengunduran diri dari jabatannya. Berdasarkan keterbukaan yang disampaikan kepada BEI, pengunduran diri tersebut telah diterima AGRS perseroan pada 19 Desember 2023.

Bankir asal Korea lainnya yang mundur jelang akhir 2023 ialah Seng Hyup Shin yang menjabat sebagai salah satu Direktur KB Bukopin. Mengutip keterbukaan informasi, pengunduran diri Seng Hyup Shin berlaku per 8 Desember 2023.

Terbaru, Wakil Komisaris Utama KB Bukopin Nam Hoon Cho juga mengajukan pengunduran diri pada 29 Desember 2023. BBKP pun telah menerima pengunduran diri Nam Hoon Cho selaku Wakil Komisaris Utama.

Di keterbukaan informasi, manajemen KB Bukopin juga menyampaikan pengunduran diri wakil komisaris utama tersebut tidak berdampak pada kegiatan usaha dan operasional perusahaan. "Kegiatan usaha dan operasional perseroan tetap berjalan dengan normal sebagaimana biasa," tulis manajemen KB Bukopin pada Jumat (29/12/2023).

Kompaknya para petinggi bank besutan investor Korea Selatan itu mundur di tengah upaya penguatan perseroan dan penambahan modal. Bank Woori Saudara misalnya telah berencana mempertebal modal melalui right issue sebanyak 6,4 miliar lembar saham.

Pelaksanaan aksi korporasi SDRA ini ditargetkan rampung pada kuartal I/2024. Induk SDRA asal Korea Selatan Woori Bank Korea telah menyiapkan dana US$200 juta atau Rp3,1 triliun untuk menebus haknya.

Adapun, rencana penambahan modal itu diklaim mempercepat perseroan menjadi bank kelas kedua atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) III.

AGRS juga telah menggelar right issue sebanyak-banyaknya 13,18 miliar saham baru pada pertengahan tahun ini. Jumlah dana yang diperoleh bank besutan Industrial Bank of Korea dalam right issue itu berjumlah sebanyak-banyaknya Rp1,38 triliun.

Sementara BBKP besutan Kookmin Bank pada pertengahan tahun ini juga telah menggelar penawaran umum terbatas (PUT) VII melalui skema right issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 120 miliar saham baru.

“PUT ini terkait dengan penguatan permodalan agar KB Bukopin dapat masuk ke dalam KBMI III dengan dana di atas Rp14 triliun” kata Direktur Operasi KB Bukopin Helmi.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keungan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan minat investor asing, termasuk dari Korea Selatan untuk berinvestasi pada sektor perbankan tinggi. "Permintaan ke kita dari Jepang, Korea Selatan, hingga negara tetangga Singapura itu meningkat untuk akuisisi bank lokal," ujarnya pada Juli lalu (4/7/2023).

Menurutnya, sejumlah investor pun masih akan tetap melanjutkan aksi korporasi mereka terhadap bank di Indonesia. "Beberapa proses seperti merger dan akuisisi tahun ini atau tahun depan akan berlangsung," ujar Dian.

Adapun, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan minat investor asing, seperti dari Korea Selatan dalam berinvestasi ke sektor perbankan di Indonesia didorong oleh potensi untung yang tinggi. "Ini karena perbankan indonesia menawarkan tingkat keuntungan yang tinggi diperoleh dari NIM [net interest margin] besar," katanya kepada Bisnis.

Sementara, dari sisi pasar, perbankan Indonesia menurutnya masih berkembang. "Jadi punya prospek masa depan yang sangat menjanjikan," ujarnya. Indonesia juga mempunyai jumlah penduduk juga besar dengan bonus demografi. Bank Indonesia juga mencatat bahwa masih ada 28 juta penduduk Indonesia yang belum terhubung dengan layanan perbankan atau unbanked.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper