Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri (BMRI) Himpunan Dana Obligasi Hingga Pinjaman Rp91,48 Triliun

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memanfaatkan instrumen surat berharga seperti obligasi dan pinjaman untuk mempertebal kemampuan menyalurkan kredit.
Nasabah menunjukan aplikasi Livin’ by Mandiri di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (12/10/2022). Bisnis/Abdurachman
Nasabah menunjukan aplikasi Livin’ by Mandiri di salah satu kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta, Rabu (12/10/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan di tengah suku bunga yang tinggi dan gejolak ekonomi global.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan hal tersebut dilakukan melalui strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan Surat Utang.

“Ini adalah salah satu upaya Bank dalam memperoleh pendanaan stabil jangka menengah dan panjang dengan tetap mempertimbangkan kondisi likuiditas bank, kondisi pasar, serta governance yang berlaku,” katanya pada Bisnis, Kamis (9/11/2023).

Berdasarkan posisi September 2023 (bank only), jumlah Surat Berharga yang diterbitkan sebesar Rp40,93 triliun dan pinjaman yang diterima sebesar Rp50,55 triliun sehingga total pendanaan non DPK sebesar Rp91,48 triliun atau 6,84% dari total liabilities Bank Mandiri.

Sebagai informasi, pada 2023, Bank Mandiri telah menerbitkan Global Bond sebesar US$300 juta pada 4 April 2023. 

Kata Rudi, penerbitan Global Bond tersebut merupakan bagian dari Euro Medium Term Notes (EMTN) Programme Bank Mandiri yang telah dibentuk sejak tahun 2019.  

Selain itu, Bank Mandiri juga telah menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan Tahap I (Green Bond) pada 4 Juli 2023 sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I sebesar Rp10 triliun. 

“Eksekusi penerbitan surat utang tersebut merupakan salah satu strategi Bank dalam memperkuat struktur pendanaan serta implementasi produk keuangan berkelanjutan,” tuturnya. 

Sebagai informasi, di tengah kondisi ekonomi global seiring dengan adanya tren suku bunga tinggi tahun ini memberi tantangan kepada kondisi likuiditas perbankan. 

Selain mengandalkan pendanaan dari raupan dana pihak ketiga (DPK), sejumlah bank pun bergeliat mencari sumber pendanaan lain atau non-DPK. 

Berdasarkan laporan Indikator Pasar Keuangan yang dirilis LPS baru-baru ini, sumber dana non-DPK perbankan telah mencapai Rp533,96 triliun, meningkat 0,16% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2023 dari bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -3,39% yoy.

"Kenaikan pertumbuhan sumber dana non-DPK terutama dikontribusi dari meningkatnya pinjaman diterima sebesar Rp9,33 triliun yoy dan kewajiban bank lain sebesar Rp9,31 triliun yoy," tulis LPS dalam laporannya dikutip Bisnis pada Kamis (9/11/2023). 

Perkembangan ini menunjukkan likuiditas bank yang masih baik ditopang tersedianya alternatif sumber pendanaan non DPK yang besar.

“Faktor selisih biaya dana dan peningkatan permintaan kredit adalah faktor utama yang mempengaruhi pilihan bank dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan diluar DPK,” tulis LPS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper