Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Bank Cari Pendanaan di Luar Simpanan Nasabah di Tengah Tantangan Likuiditas

Gejolak ekonomi global hingga tren suku bunga tinggi tahun ini memberi tantangan kepada kondisi likuiditas perbankan.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Gejolak ekonomi global hingga tren suku bunga tinggi tahun ini memberi tantangan kepada kondisi likuiditas perbankan. Dalam menggenjot kredit, selain mengandalkan pendanaan dari raupan dana pihak ketiga (DPK), bank pun bergeliat mencari sumber pendanaan lain atau non-DPK.

Berdasarkan laporan Indikator Pasar Keuangan yang dirilis LPS baru-baru ini, sumber dana non-DPK perbankan telah mencapai Rp533,96 triliun, meningkat 0,16% secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus 2023. 

"Kenaikan pertumbuhan sumber dana non-DPK terutama dikontribusi dari meningkatnya pinjaman diterima sebesar Rp9,33 triliun yoy dan kewajiban bank lain sebesar Rp9,31 triliun yoy," tulis LPS dalam laporannya dikutip Bisnis pada Rabu (1/11/2023).

Sumber dana non-DPK perbankan juga meningkat terbatas 0,28% yoy pada Juli 2023. Menurut LPS, faktor selisih biaya dana dan peningkatan permintaan kredit adalah faktor utama yang memengaruhi pilihan bank dalam melakukan diversifikasi sumber pendanaan di luar DPK.

"Ekspansi penyaluran kredit yang lebih besar diharapkan akan meningkatkan dan menambah porsi opsi pendanaan non-DPK," tulis LPS. Selain itu, suku bunga kebijakan moneter yang diperkirakan masih tinggi perlu menjadi pertimbangan bank untuk mencari sumber pendanaan yang optimal.

Adapun, akses pendanaan non-DPK potensial lebih banyak digunakan pada bank skala menengah dan atas untuk memperbaiki struktur pendanaan jangka panjang yang lebih murah. 

Seiring dengan tren peningkatan sumber dana non-DPK, LPS menyebut likuiditas menjadi tantangan perbankan pada tahun ini di tengah tren suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi. Pertumbuhan kredit diperkirakan masih meningkat secara bertahap sejalan pemulihan aktivitas bisnis masyarakat, sementara DPK masih akan tumbuh dengan laju lebih lambat.

BI telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps) ke level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18 Oktober 2023 dan 19 Oktober 2023. Kenaikan ini merupakan yang pertama kali setelah BI menahan suku bunga acuan pada level 5,75% selama 8 bulan terakhir. Sejak pertengahan tahun lalu, suku bunga acuan ini telah naik 250 bps.

Sebelumnya, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rudi As Aturridha mengatakan aktivitas pencarian sumber dana non-DPK dilakukan sebagai bentuk diversifikasi. Hal ini juga menjadi salah satu strategi mengurangi risiko konsentrasi terhadap satu jenis sumber pendanaan. 

Dia menyebut BMRI memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan, baik melalui strategi penghimpunan DPK, maupun pendanaan non-DPK (wholesale funding) melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan surat utang.

Pada tahun ini, BMRI misalnya telah menerbitkan global bond sebesar US$300 juta. Selain itu, Bank Mandiri juga telah menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan Tahap I (Green Bond) pada 4 Juli 2023 sebesar Rp5 triliun yang merupakan bagian PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I sebesar Rp10 triliun.

Bank lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga menerbitkan Obligasi Subordinasi IV Bank BRI Tahun 2023 dengan nilai pokok obligasi mencapai Rp500 miliar. BRI juga telah menawarkan Obligasi Berwawasan Lingkungan Berkelanjutan I Bank BRI Tahap II Tahun 2023 atau obligasi hijau dengan nilai mencapai Rp6 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper