Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siasat Bank DBS Berkelit dari Anak Muda yang Sulit Bayar Utang

Fenomena anak muda usia 19-34 yang mudah berutang namun sulit membayar disikapi dengan hati-hari oleh Bank DBS Indonesia.
Ilustrasi nasabah tengah antre ATM DBS Bank/Bloomberg.com
Ilustrasi nasabah tengah antre ATM DBS Bank/Bloomberg.com

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank DBS Indonesia yang juga memiliki pinjaman digital melalui digi by DBS menyiapkan sejumlah strategi agar tidak terdampak fenomena anak muda yang terlilit tunggakan utang tinggi.  

Head of Digital Banking  DBS Indonesia Erline Diani mengatakan langkah yang dilakukan mulai dari edukasi hingga segmentasi nasabah yang dapat memanfaatkan kemudahan dari perusahaan.

“Kalau kita lihat dari performa yang kita miliki sekarang tidak terlihat tren serupa seperti itu [tunggakan pay later]. Makanya edukasi kampanye literasi terus kita lakukan, ini menjadi cara untuk menyeimbangkan antara produk yang kita miliki dipakai nasabah untuk menjaga cash flow dan investasi masa depan,” ujar Erline dalam konferensi pers digibank by DBS, belum lama ini (11/9/2023).

Head of Consumer Banking Marketing Technology PT Bank DBS Indonesia Risanti Febriana menjelaskan untuk mempercepat proses edukasi, selain melakukan riset, pihaknya juga melakukan segmentasi terhadap nasabah mereka.

Tercatat, per Juli 2023, jumlah nasabah Bank DBS Indonesia mencapai 800.000 orang.

“Dari 800.000, itu kita membuat beberapa kelompok tertentu, sehingga edukasi kepada mereka atau solusi kepada mereka itu makin relevan,” katanya.

Sementara itu, Consumer Banking Director PT Bank DBS Indonesia Rudy Tandjung menambahkan bahwa tidak semua anak muda jatuh ke dalam fenomena tersebut.

Baginya, ada berbagai segmen dalam populasi anak muda. Tak hanya itu, kondisi keuangan dan perilaku keuangan anak muda dapat sangat beragam.

“Kita tidak bisa mengeneralisasi semua anak, even di anak muda ada segmentasi tertentu, misalnya ada anak muda yang pengangguran, ada anak muda yang bekerja dan menerima pendapatan tetap, ada juga anak muda yang bekerja di sektor kreatif,” kata Rudy.

Maka di tengah maraknya anak muda terlilit pinjol, dirinya menuturkan perbankan perlu jeli dalam mengidentifikasi segmen-segmen guna memastikan kualitas dari nasabah tersebut, yang pada akhirnya dapat menghindari risiko kredit macet.

Sebagai informasi Bank DBS Indonesia mencatat pertumbuhan bisnis konsumer mengalami pertumbuhan pesat, salah satunya tercermin dari pertumbuhan kartu kredit yang kian menggeliat seiring dengan proses recovery Covid-19 dan menjelang tahun pemilu.

"Pernyaluran kredit yang di bisnis konsumer naik dobel digit dari ekspetasi kita sepanjang paruh pertama 2023. Kini juga bisa dibilang porsian kontribusi dari kredit di DBS sudah berimbang. Kita aiming 50:50, sekarang sudah on track mengarah ke sana, sudah berimbang," ucap Rudy

Sejauh ini, Bank DBS Indonesia juga tengah berfokus pada nasabah (customer-centric), dengan terus mengembangkan produk dan layanan digibank by DBS berdasarkan tren dan insights terkini demi menyediakan layanan yang komprehensif.

“Selain itu, kami juga berkomitmen untuk mendampingi mereka dalam setiap tahap [wealth continuum] baik dalam bertransisi menuju kelas menengah atau biasa kita sebut nasabah emerging affluent, lalu ketika sudah bisa kita bina dan wealth semakin besar, kemudian hingga saat menjadi nasabah segmen prioritas alias treasure private client kita,” tutup Rudy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper