Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Gencar Lelang Aset Bermasalah, dari Hotel The Maj Gita Wirjawan hingga Milik Pendiri Bosowa

Sejumlah bank tercatat gencar bersih-bersih aset bermasalah, baik dengan lelang maupun penjualan sukarela. Intip targetnya.
Ilustrasi The Maj Dago Bandung yang dilelang Bank Muamalat./Istimewa
Ilustrasi The Maj Dago Bandung yang dilelang Bank Muamalat./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah bank tercatat gencar bersih-bersih aset bermasalah mereka baik dengan lelang maupun penjualan sukarela. Dari deretan aset bermasalah itu, terdapat aset milik eks Menteri Perdagangan Gita Wirjawan hingga aset pendiri Bosowa Group H. M. Aksa Mahmud.

Aset milik Gita Wirjawan yang dilelang berupa properti megah bernama The Maj Collection Hotel and Residences di Bandung, Jawa Barat. Aset tersebut dilelang oleh PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. pada akhir tahun lalu.

Bank Muamalat melelang The Maj Collection Hotel and Residences dengan harga Rp314,2 miliar. Cara penawaran dalam lelang properti itu dilakukan dengan closed bidding dengan jaminan Rp62,8 miliar. Penyelenggara lelang adalah Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bandung.

Sementara aset milik Aksa Mahmud yang dilelang adalah satu paket tanah beserta bangunan yang berlokasi di Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Aset Aksa Mahmud itu dilelang oleh PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO). Nilai dari lelang aset tersebut mencapai Rp42,95 miliar.

Bank-bank lain pun tercatat gencar menjual aset bermasalahnya. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) misalnya telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penjualan sejumlah aset-aset bermasalah.

Pada umumnya aset yang dijual bank adalah apartemen atau hotel. BTN menargetkan penjualan aset bermasalah itu terealisasi Rp1 triliun pada tahun ini.

PT Bank Syariah Indonesia Tbk. atau BSI (BRIS) gencar melelang aset pembiayaan konsumer dan wholesale yang dinyatakan macet dan pailit. Total ada sebanyak 1.000 unit aset yang dilelang, terdiri atas aset berupa bangunan rumah, tanah, dan ruko yang tersebar di seluruh Indonesia. BSI menargetkan transaksi hingga senilai Rp150 miliar dari lelang tersebut 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan lelang aset merupakan salah satu cara bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Aset-aset yang dijadikan agunan oleh para debiturnya itu dijual untuk kemudian memperoleh hasil penjualan.

Akan tetapi, upaya tersebut menjadi jalan terakhir bagi bank mengatakan permasalahan rasio kredit bermasalahnya (nonperforming loan/NPL). 

"Untuk menjual agunan juga membutuhkan waktu yang tidak cepat dan nilai hasil penjualan agunan juga bisa jauh di bawah nilai pasar," ujar Trioksa pada Senin (11/9/2023).

Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan lelang aset dilakukan oleh bank guna merapikan portofolio pembiayaan dari agunan-agunan bermasalah sehingga berdampak baik terhadap kesehatan kinerja.

“BSI berfokus memperhatikan profil nasabah sesuai dengan segmentasi risiko, memberikan berbagai pilihan skema pembiayaan syariah, promo margin, dan kerja sama bisnis baik dengan e-commerce, pemerintah maupun swasta,” katanya dalam keterangan tertulis pada bulan lalu (9/8/2023).

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu juga menyebut BTN menjual aset-aset yang pada umumnya bermasalah guna memperbaiki portofolio. “Itu [apartemen] yang kami bangun secara agresif pada 2014-2017 mengalami penjualan drop, dan demand drop [sehingga mendorong kredit bermasalah]. Jadi, kami ingin mendorong kembali kampanye pembelian unit hunian gedung-gedung apartemen sehingga kembali menggairahkan bisnis sektor ini,” katanya. 

BBTN mencatatkan NPL gross di level 3,66 persen pada Juni 2023, naik 11 basis poin (bps) secara tahunan (year on year/yoy). NPL nett bank juga naik 71 bps ke level 1,75 persen.

Kondisi Kredit Macet Perbankan

Berdasarkan data dari OJK, rasio NPL gross perbankan ada di level 2,51 persen pada Juli 2023, berkurang 39 bps yoy dibandingkan rasio NPL pada periode yang sama tahun sebelumnya 2,9 persen.

Begitu juga dengan NPL nett perbankan yang turun 2 bps secara tahunan pada Juli 2023 menjadi 0,8 persen dibanding Juli 2022 sebesar 0,82 persen. "Kualitas kredit tetap terjaga," kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada beberapa waktu lalu.

Rasio kredit berisiko (loan at risk/LaR) perbankan juga susut 421 bps ke level 12,59 pada Juli 2023. "Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi mendorong penurunan loan at risk," kata Dian.

Ia mengatakan pemulihan yang terus berlanjut di sektor riil memang mendorong penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp21,91 triliun menjadi Rp339,13 triliun pada Juli 2023. Jumlah nasabah restrukturisasi Covid-19 juga turun 90 ribu menjadi 1,48 juta nasabah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper