Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Ramal Inflasi RI Jadi 3 Persen pada Akhir 2023

Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September 2023 sebesar 115,9, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 117,7. 
Iutrsasi pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti
Iutrsasi pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi di dalam negeri dinilai masih berpotensi meningkat menjelang akhir tahun meski saat ini dalam tren melandai hingga Juli 2023.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) terbaru, responden memperkirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023, namun diperkirakan meningkat pada Desember 2023.

Tercatat, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) September 2023 sebesar 115,9, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 117,7. 

Sementara itu, IEH Desember 2023 tercatat sebesar 130,0, lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 123,0.

Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya menyampaikan bahwa tingkat inflasi di dalam negeri diperkirakan akan melandai ke sekitar 3 persen pada akhir 2023.

“Indef memproyeksikan inflasi akhir 2023 akan mencapai sekitar 3 persen,” katanya, dikutip Kamis (10/8/2023).

Per Juli 2023, inflasi nasional tercatat telah kembali ke sasaran target BI 2-4 persen, yaitu mencapai 3,08 persen secara tahunan. Namun, Berly mengatakan beberapa inflasi menurut kelompok pengeluaran masih cukup tinggi. 

Pada Juli 2023, inflasi pada sektor transportasi masih tercatat sebesar 9,58 persen, sedangkan inflasi penyediaan makanan dan minuman/restoran mencapai 3,07 persen. 

Berly mengatakan, inflasi hingga akhir tahun cenderung menurun, tapi perlu antisipasi faktor produksi bahan pangan. Inflasi global pun dinilai relatif terkendali dan cenderung ke bawah tetapi angkanya masih relatif tinggi dibandingkan 2021. \

Di tengah inflasi global yang cenderung turun, kekhawatiran juga muncul dari gejolak geopolitik, salah satunya keputusan Rusia untuk tidak melanjutkan Black Sea Grain Initiative. 

Lebih lanjut, di dalam negeri, dinilai terdapat potensi gagal panen pada lahan pertanian tanah hujan serta kebakaran hutan dan lahan yang cukup tinggi akibat fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper