Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Tumbuh Melambat, Tersengat Suku Bunga Acuan Tinggi?

BI menyebutkan perbankan telah merespons perkembangan suku bunga acuan dengan kembali meningkatkan suku bunga simpanan dan suku bunga dasar kredit (SBDK).
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan melintas didekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (30/12/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan pada November 2022 memperlihatkan pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pada saat bersamaan, transmisi suku bunga acuan sudah mulai terasa pada bunga pinjaman bank.

Bank Indonesia (BI) dalam laporan Analisis Uang Beredar November 2022 menyebutkan penyaluran kredit bank mencapai Rp6.317,7 triliun, naik 10,8 persen year-on-year (yoy). Meski demikian, pertumbuhan itu melambat dibandingkan Oktober yang naik 11,7 persen yoy.

Seiring dengan hal itu, BI menyebutkan bahwa perbankan telah merespons perkembangan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dengan kembali meningkatkan suku bunga simpanan dan suku bunga dasar kredit (SBDK).

“Di sisi simpanan, respons terhadap kenaikan BI7DRR tecermin pada kenaikan Harga Pokok Dana Kredit [HPDK] sebagai komponen SBDK, sehingga mendorong kenaikan SBDK pada periode laporan,” tulis laporan asesmen bank sentral, Kamis (22/12/2022).

Tren kenaikan BI7DRR kembali mendorong peningkatan SBDK sebesar 3 basis poin (bps) secara bulanan dari 8,62 persen per September lalu menjadi 8,65 persen pada Oktober 2022.

Di sisi lain, suku bunga simpanan lebih responsif terhadap kenaikan suku bunga kebijakan. Suku bunga deposito satu bulan, misalnya, merespons kenaikan suku bunga acuan sebesar 37 bps secara bulanan sehingga tercatat sebesar 3,40 persen pada Oktober.

“Perkembangan tersebut mendorong spread SBDK, baik terhadap BI7DRR maupun suku bunga deposito menyempit dibanding bulan sebelumnya, yaitu masing-masing dari 5,21 persen menjadi 3,90 persen, serta dari 5,60 persen menjadi 5,25 persen di Oktober 2022.”

Sejalan dengan SBDK, bank sentral menyebutkan bahwa suku bunga kredit baru juga menanjak. Peningkatan suku bunga kredit baru terjadi pada seluruh kelompok bank, serta jenis kredit.

Selama periode kenaikan suku bunga acuan pada Agustus hingga November 2022, respons suku bunga kredit baru terutama terjadi pada jenis kredit konsumsi.

Terkait dengan melambatnya pertumbuhan kredit pada November, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah menyatakan laju pertumbuhan kredit cenderung bergerak dinamis. Menurutnya, terpenting adalah tren kenaikan kredit secara keseluruhan pada 2022.

“Saya perkirakan pertumbuhan kredit secara keseluruhan akhir tahun nanti ada di kisaran 11 persen,” pungkas Piter ketika dihubungi Bisnis, Jumat (23/12/2022).

Piter menilai melambatnya pertumbuhan kredit tidak bisa dilihat melalui fenomena satu bulan. Oleh karena itu, dia meyakini pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian. 

Sebagai informasi, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI kembali menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 5,50 persen per Desember. Besaran peningkatan itu juga terjadi pada suku bunga deposit facility yang menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 6,25 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper