Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blak-blakan Bos LPS: Belum Ada Bank yang Ditutup Sepanjang 2022

Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan kondisi perbankan Indonesia pada 2022 cenderung membaik.
Ilustrasi proses likuidasi bank gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dok. LPS RI
Ilustrasi proses likuidasi bank gagal oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dok. LPS RI

Bisnis.com, NUSA DUA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengeklaim bahwa kondisi perbankan saat ini semakin sehat dan terus membaik lantaran tecermin dari tidak adanya bank yang ditutup sepanjang 2022.

Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan bahwa tiap tahunnya ada 6 hingga 7 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang dilikuidasi atau ditutup.

"Tahun ini nol yang ditutup. Artinya keadaan membaik, itu BPR, apalagi BPD [Bank Pembangunan Daerah] dan bank umum, keadaannya benar-benar membaik," ujarnya di Nusa Dua, Bali, Rabu (9/11/2022).

Dia menyampaikan bahwa saat ini hanya perbankan di Provinsi Bali yang masih mencatatkan kredit berisiko atau loan at risk (LAR) tinggi, yakni sebesar 71 persen.

"Sekarang belum ada bank Bali, artinya belum kami tutup. Ada yang sakit tapi lampau, yang baru belum ada. Tahun ini BPR yang tutup jumlahnya nol, lebih bagus daripada perkiraan kita, perkiraan kita 8 yang tutup termasuk Bali," tuturnya.

Purbaya berharap LAR perbankan dapat segera membaik seiring dengan perbaikan ekonomi dan terjaganya stabilitas sistem keuangan saat ini.

Sampai dengan akhir September 2022, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat stabilitas perbankan masih terjaga. Hal ini setidaknya tecermin dari rasio likuiditas industri perbankan yang masih di level memadai.

Rasio alat likuid per non-core deposit (AL/NCD) tercatat mencapai 121,62 persen atau jauh di atas ambang batas 50 persen. Adapun alat likuid per dana pihak ketiga (AL/DPK) sebesar 27,35 persen, masih di atas ambang batas 10 persen.

Selain itu, risiko kredit bermasalah juga terjaga. Terlihat dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross sebesar 2,78 persen, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,88 persen.

Adapun fungsi intermediasi perbankan masih menunjukkan ketangguhannya hingga September 2022. Terlihat dari realisasi pertumbuhan kredit yang naik 11 persen year-on-year (yoy).

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan bahwa pertumbuhan kredit perbankan ditopang oleh jenis kredit modal kerja dan korporasi yang masing-masing bertumbuh sebesar 12,26 persen serta 12,97 persen.

Di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat di perbankan atau dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,77 persen yoy. Kenaikan itu didorong simpanan giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh 13,52 persen dan 10,05 persen yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper